Guard You
imana mana dan ramai orang berdatangan ke rumahnya. Ia tidak mengerti apa maksud dari semua ini mengingat
otaknya Bla
anya ke dalam rumah yang ia tin
nia
ata yang tak kunjung berhenti sejak tadi. Kania semakin gagal fokus saat melihat keadaan sekitar yang se
.. papah ud
e
snya. Bibirnya bergetar menahan semua gejolak perasaan yang kini mulai tumbuh di hatinya. Kania tak
ggerogoti hampir seluruh organ tubuhnya yang membuat papa gak bisa bertahan lebih lama lagi," jelas Ellen masih dengan isak tangisnya
dak bisa menerima kalau hal ini akan terjadi
d sang papa yang sudah ditutupi kain kafan. Memeluk
njalani hidupnya ketika pria yang selalu
t nakutin aku kan?" ucap Kania tertawa sumbang. Ia berharap ini semua
melihat tingkah Kania yang seperti orang tidak waras. Ba
a matinya. Jangan buat Ni
h dingin dengan telunjuk. Lagi-lagi tidak ada respon apapun
Nia bangunin kayak gitu. Ta-tapi, k
lagi kalau papanya kini benar-benar sudah tidak ada. Raut wajah yang biasanya selalu menatapnya d
digotong oleh warga untuk ditaruh di dalam keranda. Kania berusaha menghentikan mereka yang ingin membawa pa
pa!
da di sisi kamu," ucap Ellen menenangkan putri semata wayangnya tersebut. Saling menguatkan satu
*
. Nia udah masak nasi
berisi makanan dan minuman. Mengintip dari balik cela
ie
..
k ke dalam kamar pun, Ellen tetap dalam posisinya tak bergerak se
rti ini setelah sehari pasca suaminya meninggal. Ellen tidak dapat tersenyum semenjak itu, tatapannya selalu saja kosong. Dan dia bisa tiba-tiba m
," ujar Kania lembut. Perlahan tangannya terulur menyuapi sang ma
an
empar. Ellen lalu menoleh menatap anaknya dengan wajah berang. Tatapan bengis itu memerah dan bulir-bulir a
lemas sampai mati disini," tukas Ellen menuding Kania dengan helaan napas kasar setelahnya.
ti menyusul suam
ng kalau aku harus mengikhlaskan papa pergi,
angis sekencang yang ia bisa. Rasanya frustasi sekali. Ellen menjatuhkan dirinya terduduk di lantai, mengelap airmatanya kasar dengan punggung tanga
in dia ke
a pasti sedih kalo ngeliat mama yang seperti ini
. Setelah itu Ellen kembali mengamuk seperti hari- hari kemarin. Melempar semua barang yang bisa dijangkau oleh tangannya, berteri
ha untuk meraih mamanya walau wanita paruh baya itu lepas kendali. "Ayo ke
pi akal sehat sudah tidak lagi dimiliki nya. Apa yang Kania katakan mas
erteriak dan mengamuk mengikut
dan menerjang gadis itu dengan segala kekuatan yang ia punya. Ia berhasil memojokkan Kania di sudut rua
le-lep
n dengan mata yang berkilat marah. Cekikan di leher Kania semakin menguat, h
DAK