Sang Pewaris Pesantren
mbut keritingnya yang panjang menyentuh
di, hijabnya terlepas dan t
ng menutupi keseluruhan punggungnya, sepertinya Ika
at di sana hijabnya terkapar d ipasir abu kekunin
epalanya tertunduk. Mulutnya bagai terkunci. Ke dua tangannya men
r tidaklah sanggup mena
ik
pelan. Sambil menata anak rambu
*
Nen
t seorang pria yang
ah pria yang sama, pria yang hampir
u hanya menatap diam-diam wajahnya
warna tubuhnya
a pandanganku menatap tubuh bagian at
tubuhnya yang tidak terpakakaian
ar, ini godaa
ya memang tidak tersenyum, namun ketampanannya me
hkan hatiku, k
udah membuka aurat rambutku yang
rseret ombak. Tapi tetap saja, kalau begin
mun yang aku bisa hanya terdiam, m
tkpun. Aku saja bingung meman
abmu
s. Menatapku pelan
a kasi
. Memakai seperti biasa, persis pemakaiann
ampir lupa, kalau
kat rambut. Bagaimana aku bis
dan melihat pri
iku, untuk mengancing kemeja
ondok d
tu menghampiriku den
a ... pondo
menatap wajahnya. Aku tahu, dia me
u berdebar kencang. Sehingga aku t
. aku a
awab ya? Atau aku jawab tidak saja?
lah, a
uat aku telah menaiki kendaraan bag
salah atau benar. Aku tidak t
ong mereka s
dengan lela
ku tiada henti berkata dan bertanya. Ten
t menerima k
tu c
ya menggembung
aan depannya. Aku bahkan hampir me
k marah atau ber
Aku begitu gugup saat meleweati masjid yang mampu me
bincangkan, saat ada santr
kan menjelaskan p
epi, apakah ada aca
dilantai
riwati semua pergi seakan
u'alaiku
t kalau aku harus me
langsung mengajak ke tempat umi alias rumah pr
aikums
ap heran diriku yang terpaku, di belakang pria
ng basah kuyup seperti ini, tidak ad
embicarakan sesu
s menolongku itu, tengah m
i membawa Marwah? Kok basah
a Marwa
, Nak? kenapa bisa
Umi, panjang ceritanya.
Ayo minum, Umi kasih m
i Alif lagi buru-
minum teh hangat dulu b
ini te
Fahim yang memba
dibuatin teh, a
kulo minu
dim
sini, bukannya kamu mondok
g tengah berbicara denga
a aku ingin pindah pondok ya,
amu untuk Marwah ya, dia sudah kedinginan. Sekalian aku minta t
, Gu
sih me
ung tangan umi. Ku rasa beliau adalah kerabat
o insya'allah selalu mend
aikums
a kasi
menunduk, sejenak dan han
ya
*
Nen
ai bajuku
depan kamar man
gitu beda jauh dengan kama
begitu indah, dengan cat di
wangi bahkan diberi lampu yang cukup terang.
k, ini dikembali
ju bewarna putih dengan hijab se
i parfumnya mbak fahim seke
ang makai pakaian yang itu. Selon
tinya tahu kondisiku, aku begitu kedin
k gerbang lokal dengan pakaian yang bas