Sang Pewaris Pesantren
menatapku d
pnya dengan penuh t
a yang gadis
dis ini kenapa jug
an kecemasan dan kekhawatiran
nglah
gung tanganku, lalu melemas ketika aku me
benar, tolong
aku melakukan sesuatu yan
a yang usai lewat
ata gadis yang tadinya di d
ku jawab di detik itu, aku pun tidak sempa
ang t
ang cukup tinggi. Ku lihat pria itu hamp
n mendekati para guru dan karyawan yang berad
at maka akan aku ak
u menetes, mulutnya terbun
lepaskan. Ini sebenarnya ada apa? Aku
is itu yang menahan luka batin dan m
bukankah kamu ingin meras
tahu rasanya sakit, tidak hanya itu juga, tangan gadis itu sempat di
ungguh tak memiliki hat
ku bisa menusuk gadis ini denga
ak perlu memikirkan dampak negatif bila mana pisau itu bisa
ju, beberapa langkah bisa me
laki-laki brandall itu bisa pergi mening
belesat ketika aku menatap kaki ga
.. lar
mbil tangan yang memberi aba-
ngnya. Hanya saja aku bermodal melempar s
hat. Kenapa dari lajunya ia berlari
dan masih mencoba mengejar gadis itu. Apa yan
erus m
ejar mereka tidak bakala
ng akan menangkap lelaki brandal itu. Se
lajukannya kencang menuju gadis itu ya
ku akan me
*
Nen
pria gila ini kian mengejarku tiada henti, sem
aku berak
kan masih selisih beberapa
laut yang kenca
ut terdengar keras
a mundur tak bisa memilih jalan maju. Aku tak
aku. Yang ada dalam batinku hanyalah ada lant
aillaal
ut itu ber
up, kelopak mataku
akk!
r-benar menyeretku, badan
ai ini tumbang dan terbaw
njur menuju ke
ring bersama air ini
uh, aku semakin ditarik semakin dal
rasa lemas seketika. Lalu meminum banyak a
*
Gus
hirnya pingsan, setelah
tihku, melontarkan kemeja itu bersamaan
at, mungkin hanya nyeri dibagian pinggangnya yan
l itu perlu diberi pelajaran untuk kegi
arah gadis itu
adis itu, didalam air
-ombak kejam yang s
g erat, lalu kurapatkan
tuk mencegah ombak itu ag
egitu buram karena berkali-kali a
rih dan agak panas kala
dis itu. Menggend
ika jatuh, memper
kena sinar mentari pagi
perlahan. Namun mata itu memerah.
elakang, ombak meh
ang kuat-kuat tubuhny
berat karena pakaiannya yang
m ... m
mu'alai
penuh, hembusan naf
u secara pelan dan membuat pandanganku
Namun aku tiada memiliki hak untuk m
am warahmatull
a menjawab salamku
a, disanding merapatkan pegangan tangan
jatuh, saat aku ge
ke arah pesisir aku menatapnya tiada lalu. Parasnya begitu
hkan imanku. Aku harus tabah
ri juga tahu semua ini bukanlah salahmu