icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kafan Hitam

Kafan Hitam

icon

Bab 1 00 - Ciboeh

Jumlah Kata:1629    |    Dirilis Pada: 06/04/2022

iboeh,

epedanya menepi ke sisi jalan. Tangannya segera menyeka

arak. Di sisi kiri dan kanan, terhampar persawahan yang berselimut gelap karena tengah dicumbu malam. Kakinya

rena petromaks yang berada di keranjang sepeda masih memberikan cahaya, berbanding

nya mendambakan kasur empuk di rumah, sedang sang mertua dan is

dihadiahi amukan mertua dan wajah masam sang istri. Kedua, ia akan selamat dari amarah pen

kegelapan jalan di depan. Sebenarnya, Ujang tak keberatan bila Mak Lilin yang dimaksud adalah seorang wanita tu

g naik-turun. Pria itu berhenti tepat di depan gapura kuburan untuk menstabilkan napas. Tatapannya lant

da beroda dua itu di bawah pohon. Tak perlu takut akan dicuri, Ujang sadar kalau hanya orang bodoh yang

udian menaiki tangga. Jaraknya tak begitu jauh dari gapura, hanya saja tekanan kawasan ini ben

an kiri dipenuhi dengan pepohonan bambu liar. Saat angin menerobos celah-

an burung-burung itu mengamatinya di suatu tempat. Ujang tak punya nyali untuk sekadar mencari tahu. Ia hanya

ak menuju jembatan. Bukannya ketakutan, pria itu malah mem

buah obor menyala di tiap sisi jembatan. “Mbah, saya ingin ... mint

ahkan sebagai anggukan persetujuan. Untuk itu, ia segera berjalan di

angkat petromaks lebih tinggi, ia sama sekali tak menemukan Mbah

sa bila ada seseorang yang tengah menatapnya. Namun, saat ia memastikan lebih jeli, nyatanya tak ada siapa pun di sana. Pemandangan yang ta

gat hidung. Sepanjang melumat tanah kuburan, ia tak b

panggi

anggilnya sudah lenyap ditelan kegelapan begitu melewati ujung pekubur

anya teramat hening. Ujang bahkan bisa mendengar suara langkah kaki dan embusan napas sendiri. Namun, ada sesuatu yang ganjil menurut Ujan

a seseorang di

lihat kunang-kunang yang tiba-

Ujang berbalas d

inta istrinya hanya berjarak beberapa jengkal dari

ari menyimpan sebungkus rokok yang berisi emp

perlahan, lalu mengaitkan

kut bergoyang karena aliran udara tadi. Pria itu kemudian melirik tempat terakh

” ujar Ujang

pintu gubuk tiba-tiba terbuka kencang. Pria itu seketika meneguk saliva, me

gar entah dari mana. Tangannya menghempas kerlipan cahaya milik kumpulan kunang-kunang tersebut dengan gerakan asal.

ketika mendengar suara raungan yang tiba-tiba. Sontak bulu kudu

n. Ia dengan cepat menutup mulut dengan sarung ketika bau bangkai menyingkirkan

pemakaman. Saat berada di pertengahan arena kuburan, Ujang akhirnya memuntahkan isi perut. Ia sampai haru

Mbah,” u

ucur deras. Lehernya terasa basah karena cairan kental. Ujang yakin itu bukan balsem seperti dugaan sebelumnya

ga isinya menggelinding ke tanah. Dua buah delima tergelatak tak jauh darinya, tetapi s

dugaan, rasa mual mengocok perutnya lagi. Bau busuk kian menyengat bersamaan dengan langkahnya yang sema

ir saat melihat sesosok makhluk hitam berdiri di depannya. Pria itu dengan segara menahan teriakan yang akan meledak. Di saat seperti ini, entah mengapa ka

nyalah bayangan. Namun, saat tubuhnya sudah setengah berdiri, makhluk hitam penuh borok itu malah menyodorkan buah delima terakhir ke arahnya. Bersamaan deng

-ju

am. Sekilas, ia menengok ke belakang. Makhluk itu masih berada di tempatnya semula, memelotot dengan mata mera

l, ia terjatuh dari atas anak tangga hingga tersungkur ke bawah. Petromaksnya m

n dua lampu minyak dan paksaan kuat, ia berjalan dengan t

an kayu yang tengah ia pijak malah bergoyang-goyang karena

ndak terbalik. Saat akan lari, kakinya malah terperosok. Berkali-kali ia berusaha menarik ka

lutut, sedang satu tangannya berpegangan kuat pada tali jembatan. “S

li kepergiannya malam ini. Kalau saja kejadiannya akan seperti ini, ia

encoba kembali berdiri. Namun, nahas, saat ia menarik kakinya kuat-kuat, pijakannya tiba-tiba ambruk. Dal

teriak. Raganya terayun-

man, Ujang hanya bisa pasrah. Dalam keputusaasaanny

a. Dalam hitungan detik, jemarinya satu per satu terlepas dari peganga

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 00 - Ciboeh2 Bab 2 1. JASAD TANPA KEPALA3 Bab 3 2. Santri4 Bab 4 3. Kebingungan5 Bab 5 4. Kain Hitam6 Bab 6 5. Jenazah yang Hilang7 Bab 7 6. Diskusi8 Bab 8 7. Doa Bersama9 Bab 9 8. Penyusup10 Bab 10 9. Tolong Saya11 Bab 11 10. Obrolan Warung12 Bab 12 11. Rencana13 Bab 13 12. Gubuk14 Bab 14 13. Ruang Rahasia15 Bab 15 14. Undangan16 Bab 16 15. Kunjungan Seorang Cucu17 Bab 17 16. Kelompok Berseragam Hitam18 Bab 18 01. UJANG (1)19 Bab 19 01. UJANG (2)20 Bab 20 17. Sejarah Desa (1)21 Bab 21 18. Sejarah Desa (2)22 Bab 22 19. Kecurigaan23 Bab 23 20. Pertanyaan24 Bab 24 21. Kunjungan25 Bab 25 22. Perbicangan di Dalam Gubuk26 Bab 26 23. Potongan Kepala27 Bab 27 24. Teror (1)28 Bab 28 25. Teror (2) 29 Bab 29 26. Musyawarah30 Bab 30 02. MAKHLUK HITAM (1)31 Bab 31 02. MAKHLUK HITAM (2)32 Bab 32 27. Sosok yang Hilang33 Bab 33 28. Rasa Cinta34 Bab 34 29. Sosok Pengawas35 Bab 35 30. Dugaan yang Keliru36 Bab 36 31. Penjaga Makam37 Bab 37 32. Pesantren38 Bab 38 33. Penguntit39 Bab 39 34. Kiai40 Bab 40 35. Pesan Dari Rojali41 Bab 41 36. Kalong Hideung42 Bab 42 37. Rojali43 Bab 43 03. RITUAL (Part 1)44 Bab 44 03. RITUAL (Part 2)45 Bab 45 38. Kepulangan Ujang46 Bab 46 39. Cerita Dari Ujang47 Bab 47 40. Kebuntuan48 Bab 48 41. Informasi Dari Ilham49 Bab 49 42. Penolakan50 Bab 50 43. Rencana Baru51 Bab 51 44. Keterkejutan52 Bab 52 45. Dua Pusaka53 Bab 53 46. Ketidaksukaan54 Bab 54 47. Kecemburuan55 Bab 55 48. Kekesalan Reza56 Bab 56 49. Peringatan Dari Sang Guru57 Bab 57 50. Lamaran58 Bab 58 51. AEP59 Bab 59 52. Kebencian Aep60 Bab 60 53. Amarah Reza61 Bab 61 54. Kekalahan62 Bab 62 55. Obrolan Dua Sahabat63 Bab 63 56. Liontin Merah64 Bab 64 57. Ujang dan Engkos65 Bab 65 58. Dua Pemimpin Kalong Hideung66 Bab 66 59. Kegundahan Reza67 Bab 67 60. Mimpi68 Bab 68 61. Awal Perjalanan69 Bab 69 04. DUA SAUDARA (Part 1)70 Bab 70 04. DUA SAUDARA (Part 2)71 Bab 71 62. Kemunculan Mbah Atim72 Bab 72 63. Musyawarah Warga73 Bab 73 64. Cerita Dari Sang Bapak74 Bab 74 65. Penyusupan Ke Pesantren75 Bab 75 66. Hilangnya Buku Pusaka76 Bab 76 67. Dua Kejutan di Pagi Hari77 Bab 77 68. Sepucuk Surat78 Bab 78 69. Tuduhan Aep79 Bab 79 70. Orang Suruhan80 Bab 80 71. Larangan81 Bab 81 72. Pembuktian82 Bab 82 73. Dalang Kerusuhan83 Bab 83 74. Markas84 Bab 84 75. Dugaan Rojali85 Bab 85 76. Kesalahan86 Bab 86 77. Musuh Desa87 Bab 87 79. Amarah Warga Desa88 Bab 88 80. Lukman89 Bab 89 81. Korban dan Pengusiran90 Bab 90 82. Fitnah91 Bab 91 83. Kebohongan dan Pertemuan92 Bab 92 84. Penyesalan93 Bab 93 85. Pertarungan94 Bab 94 86. Pemimpin Kalong Hideung95 Bab 95 87. Kekalahan96 Bab 96 88. Kemunculan yang Tiba-tiba97 Bab 97 89. Menyusun Rencana98 Bab 98 90. Kembali ke Desa99 Bab 99 91. Pengepungan100 Bab 100 05. KEJAHATAN (Part 1)