Baby Daddy
a bagaikan semut mengerumuni timbunan gula-semut di sini adalah media, wartawan, dengan genggaman kamera serta flash-flas
berat dari k
Gita yang duduk di sampingnya, memasangkan sepasang kacamata bundar di wajah Bast
a, namun sisir rambut belah tengah yang nggak banget, ditambah semat
Mas nggak di-notice
Gita mengat
n turun dan melangkahkan kakinya menuju tempa
nan media yang hampir menghambat p
hamba-hamban
hamba-hamban
hamba-hamban
alik kesulitan te
alik kesulitan te
alik kesulitan te
ki hingga melakukan interaksi apa pun dalam gedung Mitra Award mala
n orang-orang penting berpakaian glamor sedang dipotret untuk konsumsi media. Tian
perwakilan d
walkie-talkie dan ID-card terlampir di dada mengha
ge jadwal Pak Imanuel Cokro, yang mana tidak bisa hadir malam ini karena terjebak delay di Changi Airport, Pak. Jadi ... yah, saya cuma
...?" Security ta
wab Bastia
ja? Nama
elaki itu
... Ba
n?" ulang Se
l." Persetanl
case Cokro Group masuk nominasi atau me
saja Pak Imanuelnya tidak bisa hadir, terus trophy atau penghargaan apa pun nanti dikirim
nghargaan di depan publik,
Silakan, Mas Bastian." Securi
l dilewati dengan mulus.
untuk ketat menjaga privasi layaknya tupperware kedap udara, hampir tidak ada orang yang mengenali Tian sebagai Bastian Cokro, putra mahkota pewaris Cokro Group, pe
tumbuhan ibu kota negara ini, semua dieksekusi dengan rapi dan lowkey, membuat sepak terjang k
mp
amu di sini? Aya
am ini, adalah bagaimana ia diperte
Mo
rah delima saat ia melewati lorong utama. Bastian tersenyum mendapati pamannya yang b
" Jawaban pendek itu ia keluarkan ketika
" Senyum mengembang di wajah jenaka pamannya, m
erkan gigi yang sempurna, membuat lawan bicaranya terbahak
saja dulu, terjun perlahan-la
hadap keluarganya sekalipun. Jadi, dalam kesempatan ini, ia berpikir aka
ian maju s
, L
bisa jadi pemimpin perusa
a, memandangi pria muda itu
puan? HAHAH!" Om Moe
d saya, Gita," ralat Tian s
ang toh. G
elama beberapa detik, dari kerutan di keningn
eras, nah, yang jadi pe-er adalah, apakah mewarisi
rbesit pikiran mengenai kemauan adiknya hinggap di benak Tian. Selama ini, ia membebankan Gita den
up perusahaan keluarga, jadi target s
t itu, Om Moel menggelegarkan tawanya kembali. Ia tak tahan mel
itu semua harus kalian pelajari sendiri. Kalian alami sendiri. Apa
ik berlalu ditelan riuh rendah kebisingan. Dapat terdengar gaungan musik
tan dengan pamannya, lalu melanjutkan langkahnya memasuki ruang ut
erasa juga ketika Cokro Group hanya masuk dalam satu nominasi perusahaan paling tertib pajak tahun itu-yang mana tidak terlalu penting juga, dan tidak menari
da penghujung acara-nominasi te
' dari pantulan mikrofon sang host di atas panggung memerci
ward selama dua tahun berturut-turut-Eva Sa
? A
imat yang mengandung nama familiar itu saat ri
tahun terakhir, membawakan informasi mengenai perkembangan e
uduk di antara barisan orang-orang yang sedang bertepuk
serasa tersedot hila
bun yang rontok sebagian menjadi buntut mullet di belakang lehernya. Wajah cantiknya menampakkan ekspresi terkejut yang murni tanpa dibuat-buat. Ia t
asa, bahwa wanita itu duduk beberap
kaki jenjang yang berjalan anggun, dan ... tanpa alas kaki? Tian terperangah-ia duduk di ku
w you
gonna c
re you
erjudul Dark Horse itu memantul seiring kaki panjang Eva
better cho
capable o
ing and
a yang bergemuruh riuh saat Eva Sania berpapasan langsung dengan kursinya. Dari jarak s
berjalan terus. Begitu juga langkah kaki Eva Sania yang terus berjalan membawanya ke a
itu, perhatian Tian tersedot
n penghargaan ini ... untuk semua kolega, rekan kru yang bertugas di acara
wajah wanita yang terpampang besar di layar panggun
ini. Sebuah kejutan yang menyenangkan, dan ... seperti yang kalian semua
-rendah tawa yang terpant
g saya, dan kita tutup malam ini dengan rasa syu
a, ia bagaikan supermodel yang melenggang
nnya tanpa sadar, menghayati beberapa deti
n kah? Rumput? Ah bukan b
dibawa oleh tubuh wanita itu, T
jadi orang aneh yang mengend
men tersebut berlalu. Ia mulai menyadari obsesinya p
h begini.