Jodohku Seorang Janda Kaya Raya
aya pegang ucapan kamu! Kalau kamu bohong, saya tidak akan segan-segan unt
segera mencari ana
agar menerima cinta anak saya. Karena saya tidak sudi punya menantu miskin seper
g, Rasti pun sudah mempermalukan Lintar di hadapan para tetangganya yang saat itu mengetahui kedatangan orang kaya ang
ndangan seperti itu, bahkan mereka pu
wa pihak kepolisian," gerutu sala
" sahut yang lainnya geram terha
tang kara, dicaci-maki oleh Rasti. Mereka sangat mengenal siapa itu L
, baru bangun tidur sudah dimaki-maki," desis
knya, bagi orang yang suka menghina. Maka, hidupnya akan cepat hancur," sahut seorang pria
epat padam, begitu pun dengan kesombongan. Sudah barang tentu, kesombongan B
sopan-sopan sama saya, eh malah buang muka. Jadi malu s
enyapa orang sombong seperti i
mencari Eva. Ia tetap berusaha untuk bertanggung jawab atas
ati si Eva," gerutu Lintar sambil menutup pintu dan langsung melangkah menghampiri
angsung melangkah menghampiri Lintar yang
baya itu. Lantas, ia menjawab, "Iy
anya pria paruh baya itu,
k Giman," jawab Lint
'kan bukan kesalahan kamu. Kenapa harus
h sahabat baik saya. Jadi, saya juga harus bertang
muda tampan itu. "Kamu sangat baik dan bersikap bijaksana. Ya, su
tu Lintar langsung pamit, dan langsung menjalankan
mengendarai motor matic warisan almarhum ayahnya. Li
mbil terus melajukan motornya menyusuri jalan utama desa yang tembus hingga ke seb
depan rumah Devia yang berdiri kokoh di antara deretan rumah-rumah megah yang ada di kompleks peru
t kedatangan Lintar. Ia langsung melangkah mengh
Lintar," ucap pri
ga," jawab Lintar tersenyum le
ukkan saja, Nak Lintar?!" tanya Edi m
lama kok," jawab Lintar lirih. "Ngomong-ngomon
a sedang ngobrol dengan Non Ev
hwa Eva ada di rumah tersebut. "Jadi, Eva se
a sudah dua malam
Lintar tampak senang mendengar
but. Memang benar apa yang dikatakan oleh Edi, Devia saat itu tengah berbincang santai dengan Eva
juga," desis Devia tersenyum lebar m
uju ke arah beranda rumah sahabatnya itu, k
lam," jawab D
era mempersilahkan Lintar untu
segera melangkah, kemudian duduk di
Iya, 'kan?" tanya Devia terseny
anggukkan kepala. Kemudian berpaling ke
mpedulikan adanya Lintar di sebelahnya. Terpancar jelas dari raut wajahnya, ada sebuah perasa
u. Lantas, ia pun berkata, "Eva, kamu tidak boleh bersikap seperti ini! Kasihan Lintar y
t, aku tidak mau karena persoalan kecil kita ja
ku." Eva menyahut tanpa menoleh sedikit pun ke arah Lintar, i
n sudah minta maa