Tangisan Bayi Di depan Pintu Rumahku
ra tetangga yang kebetulan rumahnya berdampingan dengan rumahku t
depan pintu ruamhnya. Walaupun itu bayi sudah bisa dipastikan bayi h
uanku mendengar jelas suara bu Yulis tetanggaku, ibunya Vi
a itu ana
perhiasan ikut nimbrung akan
gaja dibuang oleh orang tuanya kalau itu bukan anak haram. Su
hnya. Namun, aku tetap berusaha tidak terpancing oleh ucapan-ucapan m
yi. Tak sudi saya merawatnya! Ibunya saja sudah memb
tidak enak juga di katain terang-terangan begini. Mana buakan hanya
ku tak puas, terkesan memusuhi. Mungkin mamah memang benar-benar tidak setuju aku dan mas Gibran merawat ba
us anak gak jelas gitu? Kalau memang tidak bisa hamil, kan
mamah juga. Aku hanya bisa terdiam tanpa mau berurusan dengan
ng dulu. Tadi lupa belum izin pap
selesai arisan itu. Sekepergiannya mamah, ibu-ibu yang semula tidak enak ha
mar aku mendengar suara bu Yulis yang menyebutku 'menyedihkan'. Hati ini rasanya teriris. Na
uah kesukaan mas Gibran. Lalu ku hias dengan baik sampai bentuknya indah. Setelah itu aku
puding buah di tanganku. "Inilah hadiah bagi kalian karena telah mengguncingku, karena
engan aku. Karena bu Gina tak kunjung menerima pudingnya, langsung
teramat manis. Setelah itu kutinggalkan merek
nghadapi CCTV tetangga memang perlu kesabaran extra. Kal
o
o
o
ngembalikan puding buah yang kuberikan? Namun, saat aku membuka pintu, saat itu pula sebuah tamparan mengenai pipiku. Tanga
kenapa kamu tidak sadar juga? Saya tidak menyukaimu dari awal, k
saya cucu ini malah mungut anak tidak tahu asal usulnya. Malu, malu saya di bicarain sama teman-teman arisan saya
as makian mamah. Untuk menguatkan hati, aku terus mengingat ucapa
an saya kalau kamu hanya be
hat mamah berjalan ke arah kamarku dan mas Gibran. Tidak, jangan-jangan mam
" tanyaku panik saat melihat mamah sudah
nis," minggir! Jan
ti apa kata mamah. "Letak balik baby Aydan ke atas kasur,
repek. "Memangnya kamu bisa apa? Selama ini saya maki-maki dan hina, kamu ha
kan menyesalinya," uc
jak mamah datang dan kejutan
ng, L
. Tak lama mas Gibran sampai di depan kamar. Matanya melot
gibr
an untuk memberitahukan kalau mamah datang dan nampar aku. Walau terkesan aku ini jahat karena mengadu domba antara anak dan ibu, tap
ran dan mengeluarkan air mata. Lihat saja, akan kuadukan kelaku
tkan matanya, "mamah mau
*