Do Not Love Me
berapa kali. Matanya menyipit saat diliriknya jam di dinding, menunjukkan hampir jam tujuh lewat lima menit. Mengerjap-ngerjapkan mata berharap apa
, bangkit dari tempat tidur sece
Kayla Prawijaya. Ibunya sedang merintis sebuah usaha di Jakarta Selatan. Meski ia sendiri tidak menginginkan pi
kacang yang sudah disediakan untuknya, mengunyah dan menelan secepat mungkin, melihat segelas susu putih, meneguk sampai habis t
lah ibunya, ia harus memahami
*
kolah turun dari angkot tak lupa juga membayar. Kaki Kayla bergemetaran, melihat tidak ada siapa pun yang di dekat gerbang. Satpan mulai menarik ujung pagar gerbang itu. Lari
emutar bola matanya menengok ke
m masuk kelas.' bat
ng, ia mematung detak jantung berdebar was-was. Menarik napas perlahan-lah
a d
Kayla memaksakan sec
rsenyum datar, guru yang berdiri di depan pintu menya
u?" tanya
jawabnya mang
asuk ke dalam kelas, diikuti
ata hitam, hidung apa adanya, berambut hitam panjang lebat yang menggendong tas ransel biru cerah. Pak Selamet berkumis putih tebal, r
Ia guru Mtk yang paling ditakuti semua siswa di sekolah, termasuk ke dalam guru killer kare
ak Selamet menatap siswa baru
.. " terdiam cukup lama
e dalam kelas terhenti ber
Megan
elaki itu. Ia memakai kacamata hitam, memakai masker hitam, semba
annya yang terhenti ta
ng berdiri di sampingny
reka mengarahkan pandan
karang juga!" bentaknya menat
ng sedang mengantuk berat, kepalanya hampir tumbang jatuh kepentok meja. Tiba-tiba matanya melek hampir keluar dari tempatnya. Bagaiman
suatu yang m
g. Tidak, Kayla tidak yakin betul ia tak pernah bertemu lelaki itu sebelumn
s yang saat ini berdiri di sampingnya
et!" jerit salah satu sisw
an pindah kelas, demi me
adzim, gue gak ja
yang tadinya hening, kini menjadi sangat berisik. Tidak men
kelas terdiam. Pada hal terdengar biasa saja, mungkin terbiasa dengan hawa
ditambah masker hitam lagi
ing memberi tatapan sebuah isyarat. Salah satu di antara mereka ingin Mexsi duduk di sebelahnya, mendorong teman sebangku sampai dia berdiri hampir jatuh, mengkedipkan mata geni
li menggeram, menggebrak papan tulis menggunakan penggaris panjang dua meter berbahan kayu ke
la menengok ke berbagai arah bahkan sudut ruangan tidak ada satu bangku pun yang kosong di sana, kecuali
an tempat duduk? Kayla menaruh tasnya
sana karena seorang gadis tak henti-hentinya terus mengganggunya. 'Si Toa Berjalan,' it
elas lagi dan lagi, hingga sekarang. Mendengar jika gadis itu sengaja mengikuti Mexsi,
menyebutkan nama orang yang membuat hari-hari terasa di neraka, mengeluarkan headset, untuk menyumpal telinganya tamp
pet dipojokan sambil menutup rapat kedua telinga tampak orang yang mendengar nama 'Malaikat Maut' yang akan mencabu
dang, Kayla menatap wajah
lagi. Mengambil plastik keresek di kolong meja berinisiatif membuang sampah beserta
yang tertutup rambut panjangnya yang hitam lebat, mengambil pulpen dengan tangan kanan. Mengangkat punggung, meny
, kedua alisnya terangkat, waja
, syok dan panik menahan amarah, mem
a di s