Sweet Mistake
Dia mengaburkan ingatan d
an lewat. Dan sesal tak akan
*
ul
debu. Bogor membuatnya malas. Meski proyek bualan miliknya telah lama usai, dia masih belum ingin kembali ke Jakarta. Bukan karena muak dengan pikuknya, Bogor juga tak kalah pikuk, namun dia muak dengan pikiran-pikiran kusut yang selalu bersemayam di otaknya ketika menginjakkan kaki di Jakarta. Pekerjaan itu, nama baik itu
nyi lagi. P
puas. Juga lelah. Entah berapa kali dia mengunjungi tempat tertinggi malam tadi. Gio tak memberinya istirahat. Dia terus memacu perempuan itu seperti dia menunggangi kuda-kuda jantan di ranch Paman Oki. Tapi ini betina dan perempuan itu bukan kuda. Gio menarik selimut perempuan itu yang melorot hingga memperlihatkan puti
nnya yang kosong. Kali ini bukan alarm. Dari n
peremp
ai enam kali sehari dia tak pernah lelah mengharap Gio mengangkat telepon. Kadang-kadang, jika suasana hatinya sedang baik, Gio akan mengangkat telepon itu dan membiarkan kakak perempuannya berbica
peremp
urus perusahaan. Jenderal berjanji akan memberi izin kepadanya untuk tidak tinggal serumah dengan mereka. Namun Jakarta tetaplah Jakarta. Kecoa yang tinggal di gudang perkakas saja bis
u karena selama dia di rumah, dia tidak akan kembali jika Subuh belum datang. Pada saat itu tak ada lagi kehidupan yang menantinya dengan pandangan sayu dan seny
akah kedua orang tuanya mengetahui
u menuntunnya pada satu jawaban
lah mereka bersyukur karena pada akhirnya, dinasti mereka terjaga ke
u
. Kini d
n dari kakaknya. Deretan tulisan m
Say
u. Pada malam-malam kita. Ka
pa yang Gio inginkan. Dulu, Gio menyukai kegiatan malam mereka ketika Mama dan Papa sudah tidur lalu dia atau kakaknya akan menyelinap ke kamar. Itu dulu dan sekaran
berbeda. Ketertarikan yang melebihi rasa tertarik pada perempuan lawan jenisnya yang lain. Wajah itu, yang bisa dia l