The Bastard and His Cold Wife
a, pikirannya mendadak mengangkasa memikirkan perjodohannya dengan Aluna
a a
yang masih berusaha untuk menggodanya. Daniel menyingkirkan tangan yang masih menc
gancingkan kembali beberapa kancing yang terbuka. Ia menyamp
nie
sumber suara. Suara wanita yang sangat familier di telin
lihat hal itu pun menghela napas panjang dan menghembuskannya.
m saja karena tidak bisa menolak wanita itu. Dia adalah Tiara,
ayangnya semua itu hanya rumor. Sekali lagi,
um y
irnya menggelengkan kepalanya, ia enggan untuk minum
tidak tega melihat wanita yang cukup dekat dengannya
aku t
t cocok untuk berduaan. Tidak Daniel sangka jika Tiara
ncang ringan dengan Daniel. Daniel mencoba memindahkan tangannya yang dius
sedikit tidak enak dengan Tiara kali ini. Dia berbeda, tidak seperti biasany
atanya membuat Daniel sedikit memicingkan matanya. "Niel, kamu tahu kan aku sud
*
keperluannya. Namun, gerakannya terhenti saat bahunya ditepuk seseorang. Ia berbalik da
kau antar a
iasanya, wajah dan tubuhnya dipenuhi keringat. Ia juga
ku dan aku harus pulang sekarang," kata Daniel dan tanpa izin la
mudi, ia masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya
ang mengamatinya, ada apa? Apa ada yang salah dengan penampilann
atakan psikopat atau sejenisnya. Ia hanya menjunjung tinggi harga diri,
dan tetap mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sed
kan? Menjawab pertanyaan dari pria itu
ndengkus, "jangan terlalu sombong jadi pere
in mendengar nasehat
menyangka jika perempuan yang sedang bersamanya begi
ng. "Memangnya kamu Tuhan bisa menentukan jodoh manusia? Hey, kau sendi
a, aku akan me
luna sendiri sudah berekspresi datar lagi. "Sudah aku k
*
terdengar serak, saat semakin dekat dengan apartem
minumannya, sialnya obat itu masih bereaksi. Apa lagi melihat pakaian
membuat Daniel lagi-lagi menghela napas. Helaan napas itu rupanya me
ngaman pun maju ke arah Aluna dan mencium bibir wanita itu. Tidak lupa
tidak memedulikan hal itu. Bibirnya sangat manis, membuatny
obat perangsang? Jika iya, tidak masalah. Ia melanjutkan kegiatan
Daniel pun diam, menunggu wanita itu bereaksi. Setelah c
ma ka
Aluna yang melaju dengan kecepatan penuh. Ia menyentuh bibirnya, ini
u, itu sangat nikmat walaupun dia tidak membalasnya. Bibirny
angkah menuju gedung apartemen. Pikirannya mengarah pada Aluna, apakah dia
memperkosa seorang wanita di sini, hasrat yang semakin menjadi s