icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pendekar Pedang Patah

Bab 4 Erlangga Kusuma

Jumlah Kata:1149    |    Dirilis Pada: 08/02/2022

liling gratis dengan Asih sebagai pemandunya. Sedikit banyak, Panca mengingat seluk beluk

ia hormati—adalah karena wafatnya sang ibu khayalan Panca tersebut. Kabar menyebar begi

ng membuat Panca semakin murka dan membumi hanguskan tempat ini sampai tak bersisa. Soal keberadaan Asih, ia me

gur Asih yang ikut duduk b

latih. Tapi, aku harus mulai dari mana?’

an, Asih kembali memanggil Panca dan menye

Y

p tangan dan memanyunkan bibirnya, pura

u tadi sedang melam

gembira. Mudah sekali bagi gadis manis se

tidak ter

ru

ya yang keroncongan. Asih tertawa terbahak-bahak mendengarny

tu tidak lucu sama seka

tak dan perutmu tidak selaras?”

cil cerewet di depannya itu. “Kau ingin ter

Panca tadi memukulnya. “Tidak pa

lalu saja men

k! Ayahmu

i bukan itu yang membuat Panca terdiam, melainkan karena k

a datang jug

belum makan, ayo kita sambut ayahku dul

h, i

ngga Kusuma dan para prajuritnya yang baru saja tiba setelah

h! A

uda mereka, Asih berlari dengan cepat dan mengangk

endahkan tubuhnya dan menya

bisa tersenyum maklum. Jika Asih sudah bertemu ay

‘kan, Nak?” ucap Erlangga membela

ah. Aku selalu bersik

n para pelayan hanya bisa tersenyum dip

Panca.” Asih lalu menoleh ke belakang, di mana Panc

ya memasang wajah serius lalu tersenyum lembut kepada Panca. Panca

beberapa langkah lalu memberi sikap hormat

s, Nak,” ucap Erlangga

ibu, dan bahkan tempat untuk bernaung. Apa boleh Panca ting

atapan memelas yang tentu saja membuat ha

kening Asih. Erlangga lalu menatap Panca kembali. “Kau boleh tinggal di sini, tapi kau akan aku jadikan pengawal Asih. Mengingat usiamu ya

n. Namun kali ini Panca lebih berkepala dingin,

baikanmu ini pasti akan aku balas dengan

n menyentuh itu keluar dari mulut anak sekecil Pan

erlatih dengan murid yang lainnya. Jaka, tolong tunjukan kamar khusus murid unt

lu mengisyaratkan Pan

ah Asih sekali. Gadis manis itu melambai

i dia tahu betapa kejam ayahny

ca sama sekali tidak berniat berbicara seperti anak kecil aktif di usianya karena ia sebenarnya memang bu

liling sekte dan melihat-lihat sekitar

mar kosong ini di pojok. Biasanya para murid akan tidur bertiga dalam satu kamar, tapi untukmu akan jadi pe

g beralaskan tikar, satu lemari pakaian tiga tingkat berukuran ke

k. Bahkan ini lebih mirip d

ini semua pakai. Sekarang, sebaiknya kita ke ruang makan.

n menuju ruang makan, sementara

l lemah seperti ini. Tapi, ada keuntungannya juga aku bisa mengulang hidup.

enapa kau

ntas menatap pria berpakaian sederhana ala kasim itu. “A—A

ukakan pintu yang menurut Panca

gga, Ratna, dan Asih duduk bersebelahan dengan raut bahagia terpancar jel

ya dari kematian kali ini,’ ucap Panca

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka