Pendekar Pedang Patah
seorang pendekar berambut panjang dengan parasnya yang di atas rata-rata. Para pendekar dari berbagai macam sekte dan alir
r Pedang Patah!" teriak salah seorang dari r
g Patah itu. Dia tampak santai dengan eskpresi mengejek, menat
ak. Bisa saja kau yang lebih dulu pergi ke neraka, Pak Tua!
enaga dalamnya yang tinggi, wajahnya terlihat jauh lebih muda dibandingkan usia sebenarnya. "Ak
mengompol saking takutnya," ledek si pendekar yang berge
dan berambut putih yang ia yakini berumur lebih dari seratus tahun. Sama seperti pendekar sebelum
n salahkan kami jika kau meregang nyawa kemudia
. "Apa yang perlu kutakutkan jika aku memiliki pedang ini?" Ia meng
ekuatan sesungguhnya dari pedang tanpa bilah itu berasal. Setiap kali serangan-baik itu fisik atau tenaga dalam-dapat dihalau dengan muda
ngan Pedang Pembalik Takdir milikku, Anak
is dan panjang. "Pedang aneh macam apa itu?" tanyanya sedikit mengolok. "Mari kita beradu saja kalau begitu
ntu saja tidak menyia-nyiakan waktu, mereka menarik keluar se
AAA
engah kerumunan pendekar tingkat tinggi itu. Setiap serangan yang terara
raja? Nenekku bahkan bisa melakukannya lebih baik," ejeknya samb
musuh segala pendekar itu langsung mengeluark
ekar Pedang Patah. Sebuah gelombang udara tak kasat mata
hat serangan itu. "Lambat," ucapnya melihat serangan dari Genting Mahesa yang memang terkesan lambat.
mulai mendekat padanya, ia langs
memukul gelombang serangan itu kembali pada Genti
laju dua kali lebih cepat-sontak membulatkan matanya. "Ap-sial." Pak t
perti keris menahan dan menghilangkan serangan itu. "Lawanmu adalah aku, Pan
ra marah ketika serangannya dihalau dengan mudah. "Kau benar-bena
gelengkan kepalanya mendengar hal itu. "Kau benar-benar anak nakal, Panca. Kemarilah. Pak Tua yang tak asi
Mereka memang pendekar tingkat tinggi, tapi hanya segelintir pendekar suci saj
akhir itu balik menantang dengan meledakkan aura pembunuhnya yang berada di tingkat
Tua. Mungkin aku ak
, ia memberikan isyarat t
Pak Tua. Bersiaplah!" Setelahnya, Panca melayang di
ka berdua melakukan jual beli serangan di udara. Para pendeka
tu dengan melakukan perbuatan onar, merusak sekte, dan bertindak semaunya. Selama beberapa ta
nggi di sana selagi ia bertukar serangan dengan Surawisesa. Akibatnya, hanya ter
awisesa dengan napasnya yang terengah-engah. Ia melihat sekelilingnya di mana
usia yang cukup jauh di antara mereka. Kalau saja Surawisesa berada di us
ke sini untuk bertarung, Pak Tua. Pergilah ke tempat lain kalau kau hanya ingin mengocehkan
ada cara lain. Aku harap kau bisa berubah setelah ini, Panca," ucapnya.
an pedang berkelok itu, membuat Panca yang
AAK
R
jauh lalu terjatuh d
*
pingsannya, ia mengerang sambil memegangi k
akan tangannya menyusut di balik baju yan
nya ke depan. "Aku berubah jadi bayi?!" Ia lantas berlari ke sung
asti mimpi. T
ragannya yang tinggi, serta sepak terjangnya yang begitu buruk di dunia persilatan, kini sedang terp