Pelaminan Tanpa Mempelai
gunkannya dari mimpi. Mimpi yang sangat indah dan seru, saat dia rekreasi bersama papa dan mamanya ke Dufan. Di sana dia menaiki sem
r kaki Siwi untuk turun dari kursi. Wanita
mu datang lagi. Perut
apur dengan dagunya. Siwi langsung berlari menuju dapur. Garis lengkung bibirnya tertarik ke atas. Matanya juga berbinar
an mi instan. Ada juga sebungkus nas
asi Padang. Aroma gulai, rendang, sambal yang sangat lemak, membuatnya tak sabar ingin mencicipinya. Siwi makan dengan lahap,
berhenti. Ia mencuci tangan, lalu membuang bungkus nasi ke dalam tempat sampah. Siwi menoleh sebentar ke depan. Raka tengah bermain ponsel s
selesai belum?!" t
ruang tamu, betapa terkejutnya ia saat mendapati Raka sudah tanpa pakaian duduk sambil mengisap rokok. Siwi menelan ludahnya dengan susah payah. Ia memali
emuaskannya." Raka bangun dari duduknya. Siwi yang tak siap, malah berlari menjauh
a
a, lalu dengan kasar menggendongnya bak
seperti ini," cicit Siwi d
u
tas ranjang. Belum sempat ia merenggangkan tubuhnya, Raka su
h dan hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Luka itu belum lagi sembuh, namun Raka malah membuatnya semakin p
ar kelelahan bercinta. Asal kamu tahu, aku tidak akan berhenti, sampai keluargamu miskin. Mereka sudah merampas kebahagiaanku, maka a
terlambat lima belas menit dari waktu yang ia janjikan pada pacarnya. Ponselny
ngan takut, aku akan ke rumah
a dan Mamaku marah jika ka
r gelap. Lelaki itu melihat jam tangannya yang
n Rena." Raka masuk ke dalam mobil sportnya. Lalu menekan gas dengan d
belum melepas ikatanku, bagaimana ini?" Siwi terus meronta agar tali itu terlepas. Segala cara ia lakukan, termasuk berusaha duduk, lalu memutar tu
tulus ikhlas pada Raka. Lelaki itu sempat menyesal, karena tahu Rena ternyata sudah tidak perawan, tapi apa mau dikata, jika cinta sudah melekat, tai kucing rasa granat. Raka tetap menerima Rena dengan lapang
a lemas dan tidak bisa pergi bersama Raka. Maka, Raka memutuskan untuk men
ini dia datang berkunjung, maka Siwi akan mengintip dari balik jendela berteralis itu, tetapi kali ini tidak. Raka memperce
le
uara menggelegar setelah berhasil membu
itu akan berlari tergopoh bila ia memanggil dengan tak sabaran
dan nampaklah Siwi tak sadarkan diri masih terikat di ranjang. Tubuhnya pun masih ta
panik. Wanita itu membuka mata diantara sisa tenaganya. Wanita
suk aku sekarang, Raka, jangan diam saja. Ah ya, aku lupa, kita tidak punya pisau. Adanya gas. Ambil saja tabung
samb
Kasihan