Darah Muda
u sebenarnya bukti bahwa kita hanya makhluk le
oung B
DA
itu. Jam yang setia berdetak di dinding kamar Adam bahkan sudah be
bangunpun susah. Pikir Syifa seraya menggeleng saat menatap
tuk membangunkan anak pertamanya ini. Membuatnya men
rsengal. Tiba - tiba saja Adam terbangun dengan dada yang bergemuruh. Keringat din
dengan wajah dongkol seraya menggelengkan kepala pelan, sebelum
anak lelakinya. Wajah anaknya itu benar - benar seolah begitu ket
ngnya tadi. Lalu adegan yang paling membuatnya merinding adalah saat di mana ia diseret - seret oleh buyanya. Suara buyanya
mau telat ke sekolah kan, Bang?!" Tiba - tiba saja Uminya berte
u juga matanya membulat sempurna saat menemukan benda itu. Pasalnya jarum jam ya
ng?" ringisnya seraya bergegas bangkit menyi
Masih syukur gak Umi siram pake air bak!" tukas Syifa dengan menggebu. Bagaimana bisa anak sulungnya
diri?" cicit Adam seraya menata
dah sana! mandi! Hawa udah nungguin di bawah
am kembali memutar kejadian yang ia alami di mimpin
ng tidak-tidak. Lelaki itu buru-buru meraih handuk yang tersampir di kursi yang menghadap meja belajarnya. Be
*
ngan setelan seragam sekolah serta tas yang tersand
lahap sarapan rotinya dan- Hawa? gadis itu sibuk berdiri d
k kecilnya itu dan mulai menyantap roti yang
di bawah?!" Tanya Hawa saat menyadari
omelan seorang gadis yang cerewet!" Balas Adam dengan nada mengejek. Memb
cuma nanya!" Sunggut gadis itu seraya menarik ku
rita!" Elak adam
kir Hawa seraya mendelik tajam ke arah Adam yang kini su
! Cepat habisin sarap
an anggukan kepala. Sebab mulutnya terlalu sibuk mengunyah roti kesuk
t itu, Adam berlalu menin
Kan, tadi Hawa yang nungguin Adam?!" Piki
eradaan Umi dan Buyanya yang sedang
dan Buya sibuk denga
dam seraya menatap
ya sejenak lalu menghampiri s
duluan? Hawa mana?" tanya Syifa seray
cewek mah r
ang tuanya, Adam kembali melangkah menuju mobil dan duduk di samping. Menunggu H
Mob
u Hawa duduk di kursi belakang sendirian. Perempuan itu masih kesal karena Adam berbali
ting siapa yang menunggu dan siapa yang ditunggu? En
ak Maman. Yah, seperti itulah Hawa. Gadis itu sangat aktif berbicara, namun seketika ia akan menjadi gadis yang paling pendiam saat dia sedang kesal dan marah. Menurut Hawa,
as Hawa seraya menatap tajam lelaki di sam
?" Tanya Pak Maman
Pokoknya H
ng! jangan nyind
u diri! Jangan diem aja!" Ba
pa tulang rusuk Adam selalu mar
Gak lucu
mukanya mau keta
in. Hawa, gadis itu kembali menjadi Hawa yang suka berceloteh mengenai banyak h
*
asang mata terus memperhatikan dua se
semalam mimpi, ya? Pasti mimpiin
gaimana bisa, gadis di sisi kanannya i
a mimpi buruk. Gak ada
yain aja
juga mimpiin Adam. Ta
apain bilang?
dulu, Hawa ha
Adam yang
amu'al
ekik Hawa ke arah Adam yang dibalas lambaian tangan olehh le
pan, tapi sekarang perempuan dengan hijab putih instan yang dan
bikin aku kaget!" Protes Hawa
uduh Husna seraya mengekori Hawa d
nanya kayak gitu!" Sunggut Hawa dengan tatapan bosan pada Husna-
Lo ke kelas. Kayak anak TK aja! diantar tiap hari.
l kamu tau, ya Na! Adam itu orang yang hangat! di luarnya aja kayak freezer,
sambil menunjuk-nunjuk wajah
ama si Freezer? Ngaku?!" Tuduh H
cuma bicara sama sahabatnya ini, Hawa tak akan menang
*
pir lima jam penuh bertatap muka dengan papan tulis dan guru--yang kadang membuat siswa ngantuk ka
g lelaki yang merupaka
ngguk. Lalu mengekori sahabatnya yang b
atu tempat favorit bagi sebagian siswa. Sebab di sini tak hanya menyajikan ketenangan, tapi juga keindahan,
Adam pada sahabatny
e sini?" tambah Adam sembar
, Dam. Gue harap Lo jawab juju
aget saat Juno bertanya seperti itu.
ya gitu?" Adam balik bertanya dan
d pertanyaan gue?" Adam hanya menghela
kannya wajar kalo gue suka dan
, kalo lo lupa!" Se
dah gue anggep kaya
deh!" Balas Juno d
No?" tanya Adam tak mengerti. Atau lela
yang kini tersenyum lega. Entah kenapa, ada sesuatu yang mencelus ke perasaannya yang membuatnya tak te
tak suka saat mengetahui ada lelaki lain y
ena ingat kalau Om Robi-ayahnya Hawa--itu sudah menaruh kepercayaan padan
guk - angguk dan mulai berlalu
*