Dinikahkan Karena Hutang
kita akan melangsungkan pernikahan antara
saja lulus dari SMA. Sekarang pun, tanganku memegang ijazah ya
eberhasilanku. Namun, ternyata aku harus mendengarkan kenyataan yang sangat pa
ng. Saya tidak setuju
i. Bagaimanapun, aku harus melakukan pembelaan. Ini tentang masa depanku. Bukan m
ulang? Ayo sin
ti perkataannya. Ia adalah mama sambungku. Papa menikah lagi s
ara yang baik mengingat usianya tidak terlampau jauh dariku. Usianya tiga tahun lebih tua. Pada kenyataannya, mereka
i. Kalian harus mempersiapkan seg
ng ada di dalam hati. Namun, orang itu justru akan
menikah dengan anak Om." A
nan. Matanya pun membelalak. Aku tak pedul
kan sesuatu. Aku tercengang saat mendengarnya dan cukup m
ik dan berjasa untuk kita. Saat papamu kesulitan uang, beliaulah yang mau membantu kita. Meski papam
erlihat baik kepadaku, kenyataannya ia selalu membentakku. Sudah biasa. Namun, tetap saja menyakitkan. Bukankah seorang ibu
Masa depanku masih panjang. Nilaiku juga bagus kok. Aku masih bisa kuliah atau bekerja. Buka
ang mau melihatnya. Apa ini? Susah payah belajar dengan giat dan berharap mendapat nilai sempurna, tetap
en. Dia harus mengejar cita-citanya. Kalau menikah,
semua keinginannya kepada papa. Lalu, papa pun hanya diam dan me
ku pikir, bukan aku yang menggunakan uang tersebut. Tetapi, kenapa harus aku yang menerima getahnya? Tentang mak
masuk kuliah atau mencari pekerjaan. Mungkin aku bisa melakukan keduanya. Aku akan memban
ergantian sambil mengiba agar me
u. Seharusnya kamu berterima kasih kepada Mama, karena ada keluarga kaya yang akan menikahimu. Hidupmu pasti akan bahagia.
ingin melanjutkan kuliah seperti Mbak Tisa? Kita punya kesempatan yang sama, Ma. Kalau memang aku akan bahagia dengan laki-laki itu, ke
Tetapi, ini tentang pernikahan. Aku tidak bisa hidup dengan laki-laki yang tak kukenal. Apalagi usiaku ba
emposisikan dirimu seperti Tisa. Kamu harus sadar diri. Turuti perkataan Mama dan papa. Jangan jadi anak d
dengan Mbak Tisa. Dia memandangku rendah karena kejadian beberapa tahun silam. Itu juga alasanku menolak pernikahan ini. Ada trauma
ama menyuruhku untuk menebus hutang kalian dan menikah dengan laki-laki yang tak kukenal? Bukankah Mama dan Mbak T
l
h dengan pedihnya bekas tamparan. Apa mama tiri memang sekejam ini? Papa pun hanya dia
k membuat Mama marah, tamparan itu pasti tidak akan pernah melukai
sebelumnya. Tangannya pun mengusap