Kutukan Sang Alpha
sepatu setiap mereka melangkah. Malam telah berlalu dan berganti fajar, sementara warna langit pun berubah dengan cepat; dari biru
Dia terlihat ... tenang ... begitu hafal dengan prosedur yang ada. Kurasa setelah melakukannya selama puluhan tahun,
n yang luas dan terbuka. Di ujung jalan terdapat sebuah mob
erly bertanya, berusaha men
kaki ke Pegunungan Trinity?" b
... kupikir kit
ins birunya dan mengambil gantungan kunci yang berbentuk simbol Kawanan
id
ketika. Dia tidak menyangka pria itu akan melakukan tindakan semacam itu. Sang Serigala Merah b
nya, masih terlih
tara para kawanan, Sang Serigala Merah tidak terlihat seperti seseorang yang akan me
n mengenyahkan keterkejutannya. "Tidak ada apa-
pria itu telah menutup pintunya, kemudian beranja
mulai percakapan. "Tadi kau b
mobil, dan mengamati pepohonan yang mereka lintasi satu per satu sambil membayangkan dirinya berlarian bebas di antara pepohonan tersebut, perg
di sekeliling pria itu, alih-alih memisahkan mereka berdua. Ketika dia mendekati pria tersebut dengan hati-hati, ia menyadari sosok pria itu
. Waverly mengulurkan tangan, berusaha menyeimbangkan diri, tetapi dia malah terjatuh ke belakang ketika tanah kemba
agi mereka berpindah dari jalanan beraspal menuju tanah berkerikil. Mata Sang Serigala Merah te
g tentram terdapat sebuah desa yang terdiri dari sekumpulan serigala dan manusia. Rerumputan hijau y
gala saling berkejaran, berguling di atas gundukan tanah, dan saling menggigit
erigala di sini?" tanya Waverly, mat
mendengarnya. Akan tetapi, pria itu kembali berpaling dan menatap j
pa dengan pohon-pohon yang mereka lalui sebelumnya. Waverly memperhatikan selagi mereka melintas me
matikan mesin. Pria itu beranjak keluar mobil tanpa m
ewati pintu ke dalam ruang depan yang begitu memukau da
ke dinding, kemudian mengangka
begitu mereka berjalan masuk. Sang Serigala Merah melepaskan kacamata
sebuah meja makan berukuran sedang dengan hanya empat set kursi yang tersedia. Meja tersebut terlihat kosong,
pria itu. Suaranya
anya menuruni anak tangga lainnya, melintasi sebuah perpustakaan, ruang olahraga pribadi, dan beberapa ruangan lain
tu yang ini terlihat berbeda dari pintu-pintu lainnya. Pintu ini berbingkai kayu dengan kaca patri di tengahnya. Pr
hadap ke sebuah jendela yang menampilkan pemandangan pedesaan. Dindingnya polos, dan tidak ada pe
e arah meja, kewas
Selamat datang di rumah baru
engamatinya sedari tadi, dengan ekspresi seolah menyesal pada wajahnya. Waverly menerjang ke de