Kutukan Sang Alpha
h gila?!"
lah memudar, dan ketika dia menyadari risiko dari hal yang baru saja
mandanginya de
tuk mendekati sang putri. Dia meletakkan tangan di atas pundak putrinya. Wav
in?" tanya ayahn
ukkan ketegaran, meski tatapannya penuh kengerian. Rasanya Waverly tidak lagi memiliki kendali atas dirin
yang menunjukkan kebanggaan sekaligus kekhawatiran. Ayahnya sekali lagi berpaling ke arah kerumun
terjadi sebelumnya; tidak ada yang pernah mengajukan diri sendi
ta, "Memangnya dia boleh melakuka
gejutkan, tetapi aku tidak melihat ada alasan untuk menolak p
nya terlihat lebih kekar daripada biasanya. "Aturannya tidak seperti itu. Ini m
angnya mendadak berubah murka. "Dia telah membuat pilihan dan sudah menjadi tugasnya untuk memenuhinya! Lain kali kau mempertan
a menatap ke arahnya ketika Aviana dengan tenang berjalan ke arah dia dan ayahnya. Wa
mari kita makan terlebih
unya menyalakan perapian dan membawakan dirinya dan Waverl
s yang akan berderik ketika angin menghantamnya, serta bagaimana suara detak jarum jam terdengar lebih keras dalam keheningan total se
kukan ini," ucap Isadore begitu dia me
arah sofa untuk menatap adiknya. "Aku tidak pernah meragukan kemampuanmu
Isadore. "Bagaimana kalau te
kirkannya ketik
membuat Waverly langsung merasa bersalah.
um dia merasakan ibunya menyentuh punggungn
enang di pelupuk mat
i rak di samping pintu dan mengenakannya sebelum memeluk saudarinya. "Kita pasti akan berjumpa lagi secepatnya
jatuh ke lantai. Aviana mengecup pipi anak pere
bulan menerpa rerumputan dan menerangi hutan gelap di depan sana. Indra Waverly terasa semakin tajam dan
ntuk saat ini," tegur ayahnya seolah-o
ang Alpha selagi dia memimpin mereka ke arah tan
lpha dan anggota kawanannya pergi. Itu adalah caranya untuk teta
aan," imbuh Finn, terd
terasa semakin lelah karena wujud manusianya tidak terb
anan ini sepertinya tidak mempengaruhinya sama sekali. "Selain k
ayahnya berhenti. "
ke arah pedesaan lain. Cahaya dari pemandangan tersebut, satu-satunya penerangan sepan
sang ayah. "Dia tahu lokasinya dan akan tiba di sini untuk menj
emakin kencang, tetapi dia menahanny
segera bertemu kembali," dia berkata, sambil mengikuti sua
uk dan memainkan seutas rumput di puncak bukit sambil memandangi pedesaan. Rasanya begitu damai dan tenang
emiliki postur yang tegap, sosok yang sangat menarik perhatian, dengan si
mengelilingi mereka berdua, menutupi wajah pria tersebut. Waverly kehilangan arah dan dihantui rasa takut, hingga dia mendengar
atu. Ketika dia berbalik untuk mencari tahu apa itu, dia melihat sepasang sepatu bot kulit setinggi pergelangan kaki. Waverly me
ng lentik beradu tiap kali dia mengerjap.
a tidak banyak. Pegun
atang. Waverly masih terdiam di atas petak rumput, tidak mampu mengumpulkan tenaga untuk bergerak
a, suaranya bergetar
dan dia bergeming. "Kau tidak be
rasakan mendadak lenyap begitu
lah Sang Ser