Hakikat Cinta
/0/3872/coverbig.jpg?v=e9a4e6acc2dfae4e5b73afa34ec542aa&imageMogr2/format/webp)
kan rutinitas mengaji seperti biasa. Kecuali Latifah. Gadis remaja itu tengah sibuk berbenah. Merapikan kamarnya setelah semua barangnya tertata rapi dalam koper. Keputus
i pucuk kepalanya untuk memberinya restu. Masih teringat dengan
un kamu menuntut ilmu di sini, pergunakanlah dengan baik di luar sana. Pegan
Aisyah Nurlatifah untuk membentuk karakter dan menimba ilmu agama sedari kecil. Cinta dari orang tua memang luar biasa, mereka rela dibenci, hingga akhirnya sang anak memahami bahwa mereka ingin yang terbaik untuk anaknya. Seperti yang ibu Latifah lakukan. Dia mengirimkan Latifah ke tempat kak
saat terakhir kali sang ibu berkunjung, tak biasanya wanita lembut itu menginap dan begitu memanjakannya
buram dengan bayangan sang ibu yang kian memudar meninggalkan semerbak wangi yang menguar di seluruh ruangan. Be
g saling bertaut. Latifah menghapus sisa harunya dan berjalan menghampiri gadis kecil itu. Diraihnya tangan mungil itu hingga membuat sang empunya berjingkat dengan mata membulat
" Disela sesenggukannya, Khoiri mencoba menawar keinginan Latifah untuk pulang. D
hoiri sambil tertawa kecil meski rasa
kecil itu memberengut tak suka dengan sanggahan Latifah kakinya pun mulai menghentak-he
hori khatam iqro nanti." Mata gadis cilik itu mulai ber
lagi dan mengecup kecil pipi Latifah kemudian berlari sambil melambaikan tangan dan mengucap salam. Latifah tertawa kecil mendapati tingkah polos si adik sepupu
pemuda itu menjadi pusat perhatian para santriwati yang dilewatinya. Latifah menyahut salamnya dan langsung melompat, menghambur dalam gendongan sosok itu
ekarang sudah besar. Tak m
santainya dan semakin mempererat pelukannya ke leher pemuda itu. Ali
menyeret kopernya keluar kamar. Gadis itu masih betah nemplok d
menjadi bahan tontonan para santrinya. Suara salam menyapanya dengan begitu takzim.
berlama-lama," ucap Alif sambil menaiki motor tua san
enghentikan Alif yang telah memancal pedal kopling motornya. Adik dari i
lek Ahmad berbicara terbata dengan nafas yang tersengal-sengal. Senyu
kami untuk bulek. Jika sudah mau lah
ti-hati di
lelaki beda usia itu. Latifah masih terus melambaikan tangannya bahkan hin
Tifah?" Pertanyaan sang kakak membuat Latif
irnya. "Bahkan dulu Mas Alif nangis sampai beberapa hari karena tak tega
nangisin kamu lho ...." Keduanya pun
terlintas di kepala Latifah d
Ipul bagai
. Pasti rewel, lah. Dia nanyain ibu terus.
ra dia ngenalin
enggelegar disambut dengan cubitan manis dari Latifah yang
mirip ibuk. Jika kita kangen, tingga
rinya seakan masih tak percaya telah menyandang g
, Mas ...." Suara Latifah bergetar
a. Allah lebih sayang ibuk. Jadi, dia memanggil ibuk untuk cepat pulang d
iya-in aja. Terus dia melompat-lompat girang gitu. Jadi jangan kag
annya ke perut sang kakak. Bahkan lebih lama saking ge
mbung