Rahasia Gubuk Belakang Rumah Mertua
agi sampai jam dua lebih baru sampai lho, Man. Sayanglah kalau mau
n Joko adalah orang yang sangat baik, tapi kenapa sekarang melarang k
enting paman sudah memperingatkan. Ayo du
alaman. Arsya pun kusuruh u
Kenapa sampai Paman dan ibu mempe
in saking penasarannya. Aku
an bisa keluar lagi. Paman saja nggak pernah ke rumah
menatap. Rasanya ingin percaya t
itos saja, Man,"
erjadi apa-apa sama adiknya ini. Apalagi sama kalian. Paman minta s
ak enak hati saja, mangkanya dia pura-pura bertanya padaku. S
Sudah jauh begini, sayan
aku belum pernah mengenalkan Arsya sama neneknya, rasanya pasti bersalah banget, Man. Maaf ya, Man. Bukannya nggak menu
t detail. Dia pasti merasa sungkan k
harus hati-hati. Nggak boleh l
enarnya ada apa di rumah ibu, sampai-sampai paman begitu mengkhawatirkan keadaan kami. Bukannya sama
kita baik, mau berilaturahmi sama ibu. Pasti aka
Amin
tuk kami. Mungkin beliau adalah istrinya paman Jok
Bibi sampai lupa sama wajah istrimu, Bay.
rtemu. Mungkin sekali dua kali saja, wajar jika aku lu
o Arsya, salim dulu sama
a yang mau Arsy
n polosnya dan mengulurkan tangan
a Arsya ya? Nenek yang di sana, bukan nene
?" tanya A
han mundur ke
u nenek yang ibunya Ayah rumahnya masih
agai kakek memang sengaja un
r setengah jam lagi dari sini. Rumahnya ada di desa ujung
pohon besar, Arsya takut
l, pasti akan ber
anyak berdoa sa
erdoa nanti banyak hant
lain. Jadi, dia punya banyak teman dan kenalan. Enta
nget ya? Sudah s
Arsya. Mungkin ada alasan tertentu karena membahas s
Masuk TK,"
. pintar
pir pukul tiga sore, meski hanya setengah jam perjalanan, tapi kami belum pernah pergi ke sana dan katanya jalannya se
a, langsung kabari Paman. Semog
sana aman-aman saja. Buktinya ibu betah tinggal d
aju menjauhi desa paman Joko, suasananya kian berbeda. Rasanya meman
kang sendiri. Arsya boleh
las saat melewati daerah yang sepi penuh pepohonan seperti ini. Namun bagiku, suasana seperti i
ni berada di
s 'kan, Sya?" tanyak
e-gede banget, Nda. Kenapa nenek betah tin
itik, tapi Arsya memang anak yang
esa. Hanya saja belum banyak or
nya serem. Mana mau p
erbiasa, pasti nggak
aat aku melihat ke depan ada persimpangan jala
mpangan jalan. Kita
ada seorang kakek yang membawa karung berjalan
ek-kakek, Aya
ut. Beberapa saat akhirnya mas Ubay kembali dengan senyum
Yah?"
sampai. Kita ambil kanan, rumah ibu nggak ja
atan kepada kakek tersebut. Aku pun melihat lekat dengan tersenyum. Namun anehnya, bibir beliau tak mem
kok udah nggak
ah tak ada orang di sana. Padahal baru tadi aku tersenyum pad