Bahagiaku Bukan Denganmu
a rakaat, Humaira beranjak menuju dapur un
atkan makanan sama sek
ke halaman belakang untuk mengambil ubi kay
nan di dapur, semuanya telah habis, gas juga mau. habis
lima puluh ribu, sekarang sudah minta uang lagi, dasar boros ! " ucap Imro
apun, jangan salahkan aku," teriak Humaira, i
or, dengan setelan jas berwarna hitam dan kemeja lengan panjang berwa
tubuhnya, wajahnya memang tampan, dan berhidung ma
bi, ia juga membu
, dan ia pun dud
i belum ada apa-apa di meja makan, dasar pem
a singkong rebus dan
mron, suaranya menggema
yang ada di hadapannya, seh
anya, segera ia membereskan kekacauan yang baru s
likan istrinya yang berada dihadapannya, ia segera
ang ada cuma itu, makanya, Abang kasih aku uang !" ucap Humair
lanja, lebih baik aku sarapan
n berlalu pergi begitu saja
enyakiti hati Huma, namun ia bertaha
g Mpok Leha, walaupun dengan perasaan mal
ti sarapan pagi di warung nasi
Jum yang terkenal sangat enak da
Beras satu kilogram, gas, dan tempe
ren saja belum di bayar, ini sudah
dah ada rejeki,
Huma m
nggu, harus sudah Kamu luna
an saya usahak
, jangan cuma janji-janji saj
ah ! Saya akan bayar se
aan yang tak seberapa itu, asal bisa
l, mencuci baju dan memasak tempe sedikit, sisany
, untuk menawarkan jasa mencuci baju, menyetr
s ribu rupiah, ada sekitar lima rumah yang mem
Humaira membayar utang ke war
ang tadi, sekalian
selembar uang mera
banget bayarnya,
uang kembalian sebesar
ada rezeki
il uang kembalian yang diberikan
a kemudian melaksanakan kewajiban empat rakaat di
e goreng tepung, dan menumis bunga pepay
erapa luas itu, Humaira manf
g panjang, ubi kayu, bayam, dan aneka rimpang
n.
n.
aira yang sedang termenung, iya bun bergegas menuju
kan pintu pagar, ngapa
ng!" jawa
at mandiku, habis itu siapkan mak
g tunggu
uk memasak air hangat dan men
ti pakaian, Imron menuju ke ruan
ak selera aku, suami capek pulang kerja, ini yan
kan dengan penuh emosi, sehingga berha
air matanya jatuh berderai, tak sa
a ini tidak pernah di
nangis terus, kalau begini caranya, lebi
Kau aku talak wahai Humai
ucapkan itu bang?" ucap
itu Bang? Tak bisakah kita perbaiki
juga kau angkat kaki dari rumahku dan jangan bawa apa-ap
keinginanmu, aku ak
ngnya, sebelum pergi ia menyempatkan
aan," ucap Imron begitu melih
seperti ini, namun aku tetap bertahan dan bersabar, mungkin perpisahan ini lebih baik daripa
, engga usah dram
akan aku kirimkan ke ruma
berlama-lama, karena percuma saja memohon, u
rang yang berdiri di depan pintu, dalam hati Humair
Pekik Bang
dia Bang?" t
u di perusahaank
isa urusan kantor diselesai
kejelasan hubungan Kita,"
mu ini," balas Imr
coba l
r kertas surat pernyataan
u ha
at pernyataan dari dokter
di luaran Bang! Baiklah suda
ulai ters
tin Humaira, ia pun segera berlalu pergi, tak mau lagi berl
rimu" ucap Huma sambil menahan air matanya
nku untuk mendekati Bang Imron,"
enoleh dan berkata, "Baiklah silahkan kalian b
fas agar tak meleda
rah atau berbuat kasar kepadanya, tapi tida
au
enamparnya, dengan cepat Humaira mengh
yakitiku, Bang ! aku sudah b
menoleh lagi ke belakang, ia men
dian barusan, beberapa tetangga di sekitaran komplek
ucap Bang Imron kepada tetangga ya
teriak me
berduaan dengan wanita yang
ini, sebelum terjadi yang ta
aku ini calon istri Bang Imron, ka
tak tau malu"
e
_