Cinta Terhalang Restu Abi
Bug
ggal di desa tempat tinggal Aisyah itu, langsung terbangun dari tidur lelap mereka,
siap sedari tadi. Mereka berdua sekarang tengah berada di meja mak
an Ais," perintah Abi Rasyid, dan m
engos pergi ke kamar putri satu-satunya. Sesampainya di depan kamar,
i meja makan." Sambil mengetuk pintu Umi Rohana
erbangun dari tidurnya. Dia yang masih menggunakan alat sholat lengkap itu, mulai memb
nyawa Aisyah langsung terkumpul kembali, dan dengan secepat kilat gadis i
buru-buru nya turun, Aisyah melupakan tasbih merah yang tadi dia letakkan di pangkuannya. Tasbih merah it
membuat Aisyah yang berada di dalam sana langsung
mi dan Abi tunggu saja di meja makan!" teriak Aisyah d
u lama." Umi Rohana melangkah pergi menjauh dari p
arah," gumam Aisyah dengan bergerak kesana-kemari seperti orang keb
ita itu tidak menyadari kalau saat ini mat
nduk hormat, dan gadis itu melangkah k
amu terlalu pulas tidurnya say
g Abi Rasyid menghilang seketika saat meli
perkataannya itu tepat sasaran, "katakan kenapa ka
i gadis itu tengah merutuki kebodohannya
angis?" tanya ulang Umi Rohana, dan
a mulai bergerak menautkan jari telunjuknya
ja-
Abi dengan tangan terangkat ke udara, da
ur Aisyah, dan membuat Abi Rasyid membulatkan mata terkejut, "demi Allah Ais tidak tau.
rang ajar itu, b
bi. Tapi
t kita santap sahur dulu sebelum imsak," potong
in itu. Mereka bertiga mulai menyantap sahur tanpa percakapan atau s
*
luarga Rasy
san cahaya dari pusat tata Surya. Terlihat di halaman rumah Abi Rasyid sudah ra
r sendirian!" teriak Abi Rasyid memanggi
di pasar. Mereka menjual aneka bahan untuk memasak seper
ke depan!" jawab Aisyah denga
i Rasyid langsung terdiam. Pria paruh baya itu
jang dipadukan kemeja pink di dalamnya, serta celana kain panjang berwarna senada dengan
epat naik. Abi akan mengantarmu bekerja, dan baru setelah itu Abi ke pasar, untuk me
ja di salah satu kantor terbesar yang ada di Jak
*
luarga Rizw
an sangat luas, dan ada beberapa orang pria berbadan te
a baju, membuat pahatan di tubuhnya terlihat jelas. Pria itu adalah Malik Putra Narendra. Dengan mata
ia punya. Sesampainya di lantai satu, dia melangkah menuju dapur, "Sela
sarapan tinggal 9 menit lagi?" gumam Malik kebi
at tidak ada satupun makanan yang tersedia di sana. Lag
ya?" gumam Malik saat hendak
lantai dua langsung melangkah ke dapur sa
asnya dikunci? Apa in
Malik berekspresi tak mengerti, "Apa kau ti
intu kulkas, "lalu apa urusannya dengan Malik?" lanjutnya, dan membuat Rizwan in
pagi-pagi sud
ng senyum, "sudahlah- Papa mau berangkat ke kantor dulu, dan kau cepatlah. Hari ini, hari
karena terlambat," titah Hayati, tapi Malik malah berger
dan manis. Tolong bu
at bau Rendra," potong Hayat,i dan langsung mele
a," gumam Malik, dan memilih kembali kedal
*
staf keuan
ya di lantai 5 dimana para staf keuangan bekerja. Nampak jelas raut serius Aisyah yang
n saat suara cempreng seorang wa
membuat Aisyah menutu
g, lesung pipi, mata sedikit sipit, dan bibir tipis
ah, dan langsung mendapatkan cengengesan dari
Aisyah langsung menggelengkan kepala, "ayolah, aku b
tidak p
i pagi. Jadi ayok." Layla menarik paksa lengan mungil
noleh ke kanan, dan kiri memastikan tidak ada yang melihatnya. Pasalnya di perusahaan itu, kalau sudah me
kita masuk," ajak Layla kala melihat raut
dapur, dan mereka berdua langsung
tu
a.
ga
dan Aisyah diikuti teriakan suara
kejut tadi dan sapaan itu l