Cinta Terhalang Restu Abi
salah satu pemukiman warga yang tidak jauh dari kota Jakarta. Di sebuah rumah sederhana dengan cat tembok berwarna hijau, hal
umpul di ruang keluarga. Pandangan mata mereka fokus melihat ke televi
kementrian agama menyatakan, mulai besok kita akan menjalankan ibadah puasa," jelas ketua menteri agam
ketiga orang yang berbeda usai
rang pria paruh baya yang sudah siap dengan peci da
dan jangan lupakan hijab yang melingkar di kepalanya, "Ayok Ais, kita bersiap-siap pergi tarawih," ajak Umi Rohana dan langsung dihadiahkan senyum ol
tahun yang bekerja di salah satu perusahaan terbesar di Jakarta. Dia wanita cantik yang s
ikan anaknya sebagai seorang wanita muslim yang baik, tidak pernah sombong, dan selalu patuh pada perintah kedua ora
galkan ruang tamu. Namun, suara bariton dari
i Rasyid, membuat Aisyah dan Umi R
itu memutar tubuh dan kembali menghadap ke Abi Rasyid y
ihat raut Abi yang seperti itu. Wanita cantik itu mulai men
ngan Abi, Ais," perintah Abi Rasyi
i wajah putih Aisyah, 'apa Abi tau yang aku lakukan?' bat
Aisyah melakukan kesalahan. Kalian semua harus tahu, kalau Abi Rasyid itu Pria yang sa
adanya melakukan kesalahan. Maka dari itu, dia sebagai
anya dingin Abi Rasyid dan membu
Rohana yang tadinya berdiri disebalah Aisyah, se
dengan biasa saja. Jan
ap nanar putri yang sangat dia sayangi saat ini tengah berkeringat dingin, "apa
id-tidak
ra yang jelas, Ais!" seru Abi Rasyi
toko buku, Abi," jujur Aisyah dengan
an?" tanya Rasyid denga
b jujur Aisyah dengan
nya singkat
an Fauzan," jawab Aisyah d
anggap kami sudah tidak ada lagi, sehingga kamu pergi tanpa iz
anita itu sudah tahu bahwa ini akan terjadi. Dia sedari tadi sudah
paruh baya itu tanpa hati langsung melempar sebuah ponsel, dan itu t
bi Rasyid dengan menunjuk ke arah ponsel yang sudah hancur, "kenapa menangis
ghapus air matanya, kemudian menyinggung senyum, "Ais minta maaf, dan tidak a
nnya. Lebih baik kita bergegas pergi ke masjid untuk menunaikan ibad
ginya lagi, Abi tidak akan segan terhadapmu," ancam Abi Rasyid, dan tepat setelah itu adza
emapahnya berjalan ke kamar, "Tolong jangan buat Abi marah lagi Ais
a berdua masuk kedalam kamar masing-masing untuk bersiap-
*
Aisyah dan keluarga. Terlihat mereka berjalan keluar dari masjid, ta
uh yang tidak terlalu tua, membuat
ik Abi Rasyid, dan langsung meraih t
menyinggung senyum, dan ikut me
Hasan, dan dia tidak lupa melukis senyum di wajahnya yan
uk sebagai jawabannya. Melihat hal itu Abi R
awab Aisyah setelah tadi me
da dibuat terkejut, "cantik pula, sangat cocok bersanding dengan cucu
is pulang duluan?" uj
g pulang, dan jangan keluyuran," ujar Ab
gitu Aisyah pamit pulang dulu, assalamualaikum," pamit Aisyah
lau dia sudah sampai di rumah. Dengan gerakan perlahan wanita itu m
aat melihat sebuah kotak yang terbungkus oleh kertas kado berwarna merah.
ke arah kanan dan kiri, "Siapa yang meninggalkan kotak ini di sini?" gu
uran kecil itu. Gerakannya terhenti saat melihat se
anita itu mulai membuka lipatan-lipatan kertasnya, "Untuk
ta itu kembali membaca isi kertas itu un
m Aisyah tidak percaya dan kembali memba
erfikir dan seketika matanya mengembung, dan berkaca-kaca saat satu nama teringat
isi kotaknya, dan dia langsung terduduk dilantai saat sebuah tasbih berwar
lalu dia letakkan tepat diatas dadanya, "Kenapa kau datan
n saat ini sedang menatap tajam ke arah Aisyah. Orang misterius itu menyunggung se
sterius itu, dan dia langsung berlalu pergi sa