icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Love a Sweet Psycho

Bab 8 Semanis Puding Cokelat

Jumlah Kata:1025    |    Dirilis Pada: 18/01/2022

bali berkerut. Pagi tadi? Di taman belakang? Bukannya mereka sedang bersama saat

as di kepalanya. Luka itu pasti didapat saat ia mendorong Tehun tadi. Ia sempat mel

teramat hebat. Apakah Hun ini benar-benar serius dengan semua ucapanny

tu hanya menatap kepala Arin yang dekat sekali dengan tangannya, seraya tersenyum tipis. Sudah senang mes

ai lama sekali. Ia sudah selesai membalut luka itu, dan kini akhirnya mengangk

gan yang Hun saat marah begitu mendengar pernah ada yang melukai dirinya, juga dengan Hun yang menjambak rambut Kr

ngan ringan, seraya menatap ba

a, apalagi setampan dan sepopuler Tehun. Setidaknya tidak untuk sekarang. Ia masih harus

untur. Arin memberanjakkan tubuh dan membalikkan badannya, memejamkan mata, berdoa di dalam hati

asih dalam pendiriannya, belum sepenuhnya percaya pada Hun—masih menganggap Hun sebagai teman biasa, tetangga yang bi

sedihnya, saat Hun membelanya mati-matian, rela dicakar oleh Krystal, terluka karena ia yang mendorongnya tanpa peras

n pada akhirnya, benar-benar tak tega untuk sekedar bersikap dingin pada pria yang sekarang teng

entar, singkat sekali, lantas kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Hun masih denga

lantas berjalan begitu saja tanpa berkata apa pun lagi, membuat Hun kaget dan segera menyusulnya,

*

Tatapan Hun langsung jatuh pada beberapa bangku kosong yang berada di tepi tembok sana, di mana tiga kursi antaranya

nyadari tatapan Tehun, langs

e rumah sakit karena rambutnya yang rontok,” jelas gadis itu yang

hari ini benar-benar menjadi seorang pah

innya lagi. Dan sepertinya memang semuanya sedang berada di pihak Tehun sekaran

lain dan tak bukan hanya agar Arin tak merasa lebih buruk lagi, lebih kacau lagi. Setidaknya ia harus bisa menjalin hubungan yang baik deng

ang Krystal lagi, Hun akhirnya duduk dengan takzim di tempatnya, menyusul A

buk sendiri meniliki pudding cokelat dengan bubuk rasa mangga di atasnya itu,

u Arin berbicara padanya. Ia segera mengangguk c

kecil,” jawab Hun kemudian, seraya men

ke mulutnya. Meski masih berusaha sedikit tak peduli dengan eksistensi Hun, rautnya tak bi

ng saat Arin makin lahap memakan pudingnya. Sedang Arin hanya mengangguk kecil, tak begitu

dia bisa memulai dari hal sederhana seperti ini. Dia bisa bersabar jika semu

endapatkanmu. Karena kau tahu, menemukanmu saja sudah menjadi hal yang luar biasa b

e cont

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka