Pelit Bin Medit
dang beli daging, ayam kampung, ikan segar, bahkan sayur yang biasanya hanya kangkung dan
ini akhirnya terbeli. Tapi semua hanya untuku, Mas Pr
beli berapa tadi?" tanyaku saat mendapati b
seratus dua puluh ribu, beli seons lima belas ribu,
apa-apa maunya yang murah. Tapi gilira
na cukup untuk makan kita berdua seharian Mas?" tanyaku sedikit bin
lau kamu bikin sup, kan aku bisa makan
gak pernah punya keinginan untuk makan enak ya? Dia punya duit lho, sekali-sekali makan enak tidak akan
seekor ayam kampung yang sudah dibersihkan. Tapi
di?" tanyaku pada suami pelitku itu, sam
hanya menelan ludah mendengar ucapan Mas Pram, ayam sekecil itu harus dib
ia itu mikir, kalau bukan dirinya sendirinya untuk apa sem
u masak ayam kecap aja, campur tempe dibumbui ja
ungan, bahkan untuk dirinya sendiri. Lha selama ini di
penghabisan, yang penting aku bisa makan enak. Semoga saja anakku kelak tidak mewarisi sif
al harta, tapi juga soal jodoh, Mas Pram menikahi dengan
dong? Karena apa? Karena kalau PNS punya penghasilan sendiri, hingga usia senja. Intinya mereka tidak perlu mengeluarkan uan
r Haji Salam, juga orang tua Mas Pram. Mertuaku ini paling kaku untuk ur
tahun, tiga puluh tuju tahun, tiga puluh tiga tahun dan tiga puluh tahun, usia yang lebi
ahun, tapi belum juga menikah, padahal sudah beberapa kal
a. Harusnya mereka juga mempertimbangkan, wajah Aida yang biasa saja, nggak ada istimewanya. Kok mereka menuntut jodoh yang sta
hanya karena mereka kaya. Padahal kul
apan Bapak menolak pria yang me
pa kamu nggak berusaha meyakin
k tetap kekeh pada pen
lasann
ja Mbak, Harsono itu baik sudah bekerja
encari pasangan yang lebih dari segalanya untuk anaknya. Harusnya sebelum mematok standar Bapak harus melihat kalau
NS, baik dan pinter ngaji, apa Bapak tidak melihat usiaku yang s
pas-pasan gini Mbak, aku juga bukan PNS hanya guru swasta, yang
as saja menikahiku karena
perawatan, karena pengiritan disegala bidang hukumnya wajib bagi mereka, terma
unya anak remaja, tapi Aida belum pe
gajarnya meskipun usianya lebih muda lima tah
Aida sudah genap empat puluh tahun, nasibmu Aida ... Sama
sudah lama menanti, tapi tak ku
ambu