Pelit Bin Medit
pelit punya sifat nggragas, maruk alias loba
erjamaah sholat zuhur di mushola dekat rumah, kebetulan sebelah mus
menggelar acara sederhana. Tapi kali ini acaranya digelar mew
dia membawa dua bungkus plastik kre
dan es puding." ucap Mas Pram sambil
ernyata beberapa jenis makanan. "Tumben Mas Pram beli makana
seraya menaruh plastik di at
u Murni," ucapnya sambil melepas kopi
a urusan bungkus membungkus makanan di tempat hajatan, adalah monopoli
gajak semua jamaah mushola makan bareng,
k kamu makan bareng di sana, bukan
k makanan jadi ingat kamu, terus aku bungkusin, lumaya
, pantang bagiku mengambil sesuatu yang bukan hakku. Kecuali diminta yang punya hajat. Bagiku harga dir
kita bukan saudaranya, masih untung diajak makan bareng, ini kok masih m
ga pada mbungkus kok, ngapain mesti malu?" Ketiga orang yang dis
di nggak kebagian. Orang kalian maruk banget, sudah makan banyak, mbungkus pul
au nggak mau makanannya habis, ya nggak usah ngund
rkan uang untuk membeli makanan, tapi beg
akanan atau ikan, sedangkan aku? Jangankan makanan, mangga depan rumah aja dijual sama Mas Pram,
boleh minta?" ucap Bu Narti tetang
? Apa perlu saya ambilkan galah?"
, Mbak Hesti. Orang dia yan
mangga itu. Ketika hampir sampai di atas, t
pohon manggahku? Mau nyo
asih ijin, M
laku mahal!" Mas Pram berkacak pinggang, matanya me
amu!" be
sementara aku hanya bisa menatap B
Bu," ucap
pasar. Dari pada minta tetangga, bukannya dikasih
Mas Pram kok tega banget sama tetangga,
a, kamu jangan kasih!" Bukannya merasa
Angga, sebagai permintaan maafku. Meski awalnya menolak pem
s Pram, yang melegenda. Bahkan dia mendapat
ng kaya raya, tanahnya di mana-mana, hampi
i Brotowali, mungkin karean sifat pelit in
mi kesulitan beradaptasi dengan keluarga Mas Pram, meski sudah du
lu diberi makanan yang bergizi dan pakaian yang layak, prinsip dalam keluargaku
i orang kaya, tidak pernah pegang uang, penapilanku lebih pantas disebut
nya. Tertekan rasanya, hidup dengan banyak batasan. Padahal aku juga punya ke
i, gedek jadi satu. Punya suami amit-amit pelitn
masalahanku pada kedua orang tuaku. Aku takut merek
apa yang mau denganku, sudah nggak cantik, body kayak papan pen
Tapi sikap pelitnya itu lho, benar-benar sudah tidak masuk akal menurutku. Jangankan untuk orang lain, untuk
mbung