icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Pelit Bin Medit

Pelit Bin Medit

icon

Bab 1 Suami Pelit

Jumlah Kata:1042    |    Dirilis Pada: 01/01/2022

as Pram suamiku, seraya men

sudah menjadi rutinitas dia setiap bulan, meminta gajiku, kemudian menyimpann

orkan amplop pada Pria em

i tanganku, mbukanya, kemudi

?" tanya suamiku denga

nafas, membuang sesak ya

ngin sedikit menikmati gajiku, sekedar beli gamis murah, yang penting bisa buat

sudah banyak yang lusuh, sekalian nglarisin dagangan temen. Dia itu masih honorer, dia jualan baju buat tambah-tambah. De

amu, boros. Suka belanja barang

cuma beli satu, itu pun yang paling murah. Aku malu, tia

sehabis ngajar, pas masih paka

masa iya pakai seraga

el terus! Kamu tahu dosa nggak!" Su

, bagaimana kalau aku kayak orang-orang? Tiap habis gajian, ke mall boro

nampilannya saja yang wah, tapi nggak punya apa-apa. Lebih baik terl

ng suka kasar sama istri. Kalau aku mulai emosi,

" gerutuku pelan. Entah Mas Pram d

suamiku. Sebenarnya suamiku termasuk orang kaya di kampung ini, tapi entah men

ada hanya bedak viv* kemasan plastik dan lipstik dengan merk y

hku kurus dan tulang punggungku sedikit bungkuk. Efek waktu kec

. Bukannya aku tidak suka laki-laki, aku juga pengen merasakan jatuh cinta dan dicintai. Tap

mono, empat puluh tiga tahun, perjaka, sudah punya rumah sendiri, sudah pernah naik haj

seiring perjalanan waktu, begitu prinsipku. Setidaknya aku tidak dilangkahi adiku. Karena menurut mitos, kalau p

na aku anak pertama dan perempuan satu-satunya, di keluargaku

dupku akan bahagia, ternyata jauh panggang dari a

run tangan sendiri. Semua kebutuhan rumah, termasuk kebutuhan dapur,

g dikeluarkan sangat berarti. Rasanya aku tak per

iri, padahal aku harus pergi mengajar jam tujuh pagi. Sehingga aku sering kete

ku. Aku lelah, lagian perut ini makin besar

al! Kalau masih mampu mending dikerjakan

u benar-benar kuwalahan, aku berharap Mas Pram punya sedi

iri. Kan aku tahu sendiri, jam tujuh pagi aku sudah harus ngajar pagi-pagi. Apa

it mahal, nanti kamu malah nggak bisa kerja. Pekerjaanmu jadi terbengkalai, rug

a tidak terlalu mahal bolehlah," akhirn

s Pram segera menemukan pembant

*

menemukan ART untukku. Mungkin mereka nggak mau punya majikan pelit sepe

udah kepayahan bawa badan ini, " ucapku k

ang itu susah, mereka maunya kerja ringan, tapi g

ka minta gaj

jam empat sore. Kayak kerja kantoran saja. Bahkan ada yan

Mas, memang rata-rata bayarannya

luh lim

aranya. Kalau begini caranya, sampai anakku

mbung

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka