Diary Istri CEO
Kehadiran Niken pun tak kalah dilewatkan oleh mata Rahman. Niken yan
. meeting se
kah sia
ak, sudah saya beritah
yah
erkas yang harus disiapkan untuk presentasi. Niken menjelaskan kalau Rahman tidak b
HRD dan mintakan data diri
Pak. P
isyah. Menyembunyikan Aisyah di rumahnya, timbul rasa khawatirnya. Rahman masih berpikir tentang adiknya yang sed
k t
CV Nur Aisyah dengan saksama. Bahkan di profile, Aisyah tetap memaki niqam. Seketika, Rah
Rahman yang sudah mengepalkan tangan, Niken berdiri dan menggantikan presentasi Rahman
u itu. Sudah tidak
untuk mengejar Rahman namun sudah tidak kelihatan. Nike
napa sih,
ng merangkul pundak Niken dar
bikin ka
hman? Sebentar lagi, anak cabang ak
kan bara
u nanti malam,
Niken, dan bibirnya mengulum pelan bi
Ucap Robi sambil m
ik pilar. Rahman sudah menduga pasti hal itu akan ter
dua puluh dua tahun, lulusan STAIA jurusan Manajemen Pendidikan I
sih Robi tapi Niken tidak ingin jika Rahman harus kehilangan kesempatan memegang
ak.
tidak ingin diganggu.
hman mau
ulang. Mungkin tidak a
kan ruangannya. Niken menelepon Pak Da
ti pohon-pohon di pinggir jalan. Rahman tidak sabar untuk samp
dangkan makanan yang masih hangat. Rahman melihat menu di ata
ik,
di atas kasur. Mbok Darsih melihat jelas wajah Aisyah yang tidak memakai niqam. Ternyata c
ggil Aisyah saj
Mbok Darsih yang mendengar langkah Rahman langs
uan
qamnya. Dia masih kaget dan menyadari sudah ada M
ni aku
tida
buat ak
tidak disangka, perempuan itu berani mendorongnya sampai mau terjatuh. Punya
k mau pulang?" u
ni Rahman makan dan setelah itu dia bisa pulang ke k
, aku
makan, dia pun harus menepati ucapannya tadi. Sejenak Rahman memuta
ah bahagia, setelah ini bisa pulang. Namun Rahman tidak turun-t
ekali turunnya?" uca
dia menipuku, Mb
n selalu menepati ucapa
a. Pintu yang masih terbuka, perlahan Aisyah melongok k
ei.
anjutkan ocehannya. Melihat Rahma
" Aisyah
n, kamu
hat Tuannya. Melihat Aisyah khawatir seperti itu membuat Mbok Darsih kasihan juga. Pak Dar
enar apa yang dikatakan oleh dokter, jika Rahman memang beneran sakit. Apalagi tadi pagi dia
putih dan bubur." Mbok Darsih memaink
an yah. Non tidak jadi p
kdir saya begini." Aisyah membuang pan
tinya sangat sedih. Tapi mau bagaimana lagi, Rahman tidak ingin Aisyah p
Ayok makan dulu, supay
. Aisyah melihat Rahman, tumbuh rasa kasihan. Potret keluarga Rahman di samping meja, kelihatan bah
Pak Darto yang mengantarkan
membawaku ke sini tapi meminta Pak Darto untuk me
berdiri namun dia terjatuh. Kali ini Mbok Darsih tidak bisa menebak apakah Tuannya hanya act
sembuh saja, baru a
tilah me
oleh airmatanya. Sebenarnya Aisyah menangis bukan karena tidak jad
abar ya,
ngkannya. Sungguh, Rahman merasa sangat i