Takdir Cinta Zahrana
rumah yang sangat mewah. Rumah berlantai dua
letakkan tubu
sambil menekan luka yang tak hentinya mengeluarkan darah. Padahal, dia se
Suara klakson saling bersahutan karena kemacetan di depan. Lelaki itu semakin khaw
terjadi kecelakaan. Jika kita m
ala
Zahrana. Dia kemudian membopong Zahrana sambil berlari me
ju dan hanya bertelanjang dada. Yang dikenakannya hanya
ingga tiba di depan pintu rumah sakit. Melihatnya membawa seorang gadis yang berlumuran dara
ngikuti meja brankar yang membawa tubuh Zahrana hin
di sini saja," ucap seorang p
mondar-mandir, hingga sopirnya datang menghampiri. "Tuan, pakai dulu baju Tuan."
ia lantas mengambil baju kaus itu dan segera memakainya. Kedua lelaki itu
sti baik-baik saja, tetapi Tuan juga
bercampur dengan darah Zahrana yang kini melekat di tubuhnya. Rasa sakit dari luka
IGD tiba-tiba terbuka. Lelaki itu bangkit da
aannya?" tanya lelaki i
ehilangan banyak darah dan stok darah di rumah sakit ini sudah habis untuk golongan darahnya. Jad
erikan darahku untuknya." Lelaki itu mengulurk
D. Lelaki itu melihat Zahrana yang terb
da berbarin
Zahrana. Setelah memeriksa golongan darah, perawat itu kemudian menusukkan jarum ke lengan pem
adis itu dengan lekat. Perlahan, ucapan gadis itu terngiang-ngiang di telinganya.
a seberani dirimu, pasti aku sudah lama tidak ada di dunia ini, tetapi nyatanya aku sangat pengecut hingga hanya mampu membalas k
ntas mengobati kepala lelaki itu yang ternyata harus
VIP atas perintah lelaki itu. Ruangan yang memiliki fasilitas yang
seakan masih ingin terpejam, hingga membuat alam bawah sadarnya tidak ingin terjaga. Lengannya
melihat seraut wajah yang sudah membuatnya mengalami luka. Bukan hanya luka di kepalanya, melainkan luka hati yan
lehku kamu rela melukai dirimu sendiri? Apa kamu ingi
saat ujung rokok mulai terbakar. Dengan santainya, dia mengisap lintingan tembakau kering itu sambil memejamka
bawakan baju g
a diletakkan di atas meja. Di dalam plastik itu terdapat set
ya pada sopirnya itu. Lelaki p
tu kemudian diletakkan begitu saja di atas meja karena tidak disediakan asbak di dalam ruang
Di depan cermin, dia menatap wajahnya yang tampak lelah. Bagaimana tidak, dengan susah payah dia berlari menuju rumah sakit sambil
yang mengering di tangan dan di dadanya luruh bersama air yang membasahi tubuhnya. Rasanya begitu segar
tak berdaya. Kata-kata yang mulai merasuk dan mengganggu di benakn
hasil. Dia lantas mematikan keran air. Kemudian mengambil selembar
tidak dibasahi dan hanya diperciki air serta dirapikan seadanya. Kini, penampilannya jauh berbeda. Wajahnya terlihat
erkejut saat melihat Zahrana yang he
kem
sini? Kenapa kamu tidak membiarkan aku mati saja? Ini, kenapa kamu membiarkan
itu berlari ke arahnya dan mencegahnya melakukan hal itu, tetapi terlambat. Ka
bodoh! Apa ka
erteriak memanggil sopirnya yan