Penolakan Sang Luna: Hancurnya Hati Alpha Vincent
cen
g, membelah hutan seperti
dak cukup keras untuk menutupi keheningan m
a h
ak *Mind-Link* itu
tapi konstan, menenangkan seperti detak jantung kedua. Sekarang, yang tersisa hanyalah luban
-pelan! Kau mau
rdengar seperti gesekan paku di papan
ke kiri, nyaris men
ring, mencakar tanah
ah ingin meremukkan kulit kemudi itu menjadi debu. Urat-urat di punggung
tatanan rambutnya yang berantakan. "Pack sedang kacau balau! Para Tetua terus mendesa
sekilas. Tatapa
mahal yang menyengat dan keringat asam ketakut
bersanding denganku. Sekarang, kebe
utmu," ger
t udara di dalam kabin mobil seketika menjadi berat d
pucat pasi, tubuhnya menyusut di ku
s. H
ngan itu, pikiran t
ermana, rej
kepalaku, berputar seperti man
mega lemah tak berguna itu memi
tidak berhenti melolong dalam kesakitan. Dia berguling-guling dalam kesed
gan alkohol. Dengan tumpukan
ak ada yan
Alpha. Musik berdentum, makanan melimpah ruah, ta
ak sadar menunggu sosok kecil dengan gaun lusuh yang
tida
-telah hilang sepenuhnya dari mansion. Terhapus, diga
sabel membuyarkan lamunanku di pest
tu terasa
angannya. Kas
tuh aku," d
langan itu bermutasi menjadi kepanikan fisik. Dadaku sesak,
butu
konyol seperti cinta-tapi karena dia adalah
poros dun
aroma menghantam
tertiup angin, tapi instingk
lebih kuat. Listrik. Seperti ozo
i berbeda. Lebih mat
sebelum otakku
iiii
jak rem se
ak hutan yang sunyi, membuat tubuh kami terle
" pekik Isabel, mata
u, hidungku kembang kempis, berusa
t sini," bisikku
di depan dengan nyalang. Tat
kku. Aku tidak peduli dia membaka
Alpha selalu mendapatkan kemba
ada diriku sendiri, sebuah janji g
abel. Ketakutannya sesaat terlupakan oleh rasa
perlahan. Gerakanku
a Isabel seketika menahan na
tiap suku katanya meneteskan racun mematikan, "aku akan m
utnya rapat-rapat,di depan. *Inner Wolf*-ku meng
ini belu
uan ini baru