Dibuang Seperti Sampah, Kini Dicari
Irawa
ati yang kosong. Tidak ada lagi beban, tidak ada lagi harapan. Hanya tekad yang memb
ntu dapur. Dia melihat kue ulang tahun Heru yang kubuat, diletakkan di sudut
f soal semalam. Ada kekacauan besar di restoran, Selia membu
n, setelah semua yang terjadi? Aku hanya bisa tersenyum pah
di dekat cangkir kopinya. Amplop yang sama sep
utkan kening
datar. "Dan surat pengundu
berdering di sakunya. Dia mengambilnya, dan kudengar suara S
a? Semuanya beranta
ng sekarang. Tenang, sayang." Kata "sayang" itu diucapkan d
engambil pena, menandatangani surat-surat itu tanpa membacanya l
awa pahit keluar dari tenggorokanku. Keluarga kami hanc
hati-hati. Di dalamnya, ada sebuah boneka Barbie edisi terbatas yang
a selalu membawakan Heru mainan yang tidak sesuai usianya, atau mainan yang justru membuatnya tidak nyaman. Suatu kali, ia bersikeras memberi Heru boneka Barbie. H
k pernah peduli. Boneka Barbie ini adala
. Dia tidak sendirian. Selia Rasyid berdiri di sampingnya, denga
aya diri, seolah dia sudah memegang kendali sepenuhnya
natapnya, ta
ik. "Aku sudah menyiapkan sebuah apartemen untukmu dan Heru. Sementara sa
ng, tanpa kehangatan. "Jadi, aku dan Heru s
aku harus menunjukkan pada dunia siapa tunanganku. Kita tidak bisa terus tinggal di bawah satu atap, itu akan m
an. Aku merasakan gumpalan di tenggorokanku, tapi ak
aku nyaris tak terdenga
akomodasi dan tunjangan bulanan. Kita akan sering bertemu, kok." Dia terdeng
cepat, mengemasi barang-barangku dan Heru. Bukan ke apartemen yang Teguh s
Selia sedang berdiri di ruang tamu, tersenyum manis pada Teguh
inya pura-pura terkejut. "Kamu masi
spresinya sedikit kaku.
ku. "Kami
ia, nadanya terdengar seperti seora
a akan pindah ke ap
erdiri di sampingku, memegang erat tanganku. Dia menata
kaget. "Heru, apa
h lagi. Yang Heru punya hanya Kakak Risa." Dia menunjuk Teguh. "Kamu bukan Ayah
t pasi. Selia terkesiap,