Ketika Cinta Pertama Berujung Penderitaan
rasa berat, dan seluruh badannya seperti habis dilindas truk. Rasanya sakit sekali, sakit yang menusuk sampai ke tulang. Ia melirik ke dadanya. Arka. Putra k
angsung men
amanan patroli. Kalau sampai ada yang menemukan ia dan bayinya di sini, skenarionya hanya ada dua: Laila ditangkap karena dianggap membuang anak (meski ia
h luar biasa menjalar dari bagian bawah tubuhnya. Ia menggigit bibir, menahan erangan. Luka-luka
mengambil kesempatan itu untuk mencoba membersihkan diri secepat mungkin. Ia menggunakan sisa air minum terakhirnya-h
tai tiga tanpa terlihat? Dan ia tidak punya tas bayi, gendongan, atau apapun yang pantas.
angan yang masih gemetar dan nyeri, ia mulai mengikat potongan kain itu menjadi simpul-simpul darurat. Ia membuat semacam kantong gendongan dadakan
a seperti jarum yang menusuk. Ia merasa mual, lemas, dan pandangannya sering berkunang-ku
hnya yang mungil terlindungi di balik lipatan jaket. Arka mulai rewel sedikit, mungkin lapar, tapi Laila han
g kotor, pecahan kaca, bau darah-rasa bersalah menusuknya. Ia tidak bisa membersihkan semuanya. Ia hanya bisa berharap tempatnya
ram, dan berkarat. Ini adalah cara tercepat turun, tapi juga yang paling berbahaya. Tergelinci
tangga yang paling kokoh. Kakinya gemetar hebat, bukan hanya karena kelelahan tap
ot motor yang lewat sesekali. Jantungnya berdebar-debar liar. Ia merasa seperti seorang buronan, padahal ia hanya seorang ibu yang berusaha men
gumamnya pada d
sebelahnya. Rasanya seperti mendaki gunung, padahal ia hanya turun dua lantai. Ia ingat betapa lincahnya ia dulu, melompat-lompat di antar
angi matahari. Udara jauh lebih dingin, menusuk kulitnya yang masih berkeringat. Laila be
besi tinggi yang harus ia panjat. Memanja
sanya digunakan para gelandangan untuk keluar masuk. Perutnya harus bergeser di atas tanah kotor. Rasa perih di
hulu. Ia merasakan kain gendongan Arka tersangkut. Panik. Ia menarik perlahan, berdoa agar jahitan daruratnya t
la dan Arka kini
enusuk paru-parunya. Gedung kosong itu kini ada di belakangn
tetap berada di bawah bayangan pohon atau tiang listrik. Ia berjalan tanpa tujuan, hanya tahu satu ha
an beberapa pot tanaman besar. Itu tempat yang lebih baik. Ada atap yang bisa sedikit melindunginya dar
menyeret dirinya ke sana. Lima pulu
ruk, terduduk di pinggiran trotoar, bersandar pada tembok dingin. Ia terengah-
. Bayi itu tampak kedinginan, bibirnya pucat. Insting L
trauma besar. Dengan tangan gemetar, ia mencoba memosisikan Arka. Rasa sakit di tubuhnya tida
kini ia berhasil memberinya makanan. Namun, rasa lega itu segera disusul oleh kesadaran yang menusuk: ia adalah seora
mereka, Laila hanyalah sampah kota. Ini konflik barunya: menjadi tidak terl
rka. Ia harus bertahan. Untuk Arka. Ia harus mencari tempat yang aman. Ia harus m
ku janji. Aku janji, kita akan dapat kebahagiaan it
persembunyian yang lebih terjamin sebelum ruko-ruko itu buka. Ia harus menyembunyikan diri dari