Ketika Cinta Pertama Berujung Penderitaan
bu dan sedikit bau pesing dari sudut ruangan. Rasa demamnya semalam sempat mereda, tapi kini kembali lagi, mem
yang ia punya tidak akan cukup untu
ket, dan melangkah keluar. Tujuan pertamanya adalah pasar, tempat ker
ah, ikan, dan sampah basah. Laila berjalan menyusuri lorong sempit, matanya me
bisa bantu angkat karung beras ini. Saya kuat, Pak,
s dan gendongan di dadanya. "Angkat karung? Kau ini baru melahirkan, Nona. Lihat dirimu! Itu
ng, menusuk, dan
dagangan. "Saya bisa bantu petiki daun, Bu, atau jaga se
bawa bayi begini, malah nggak fokus nanti," jawab si
sama, dibungkus dalam tatapan curiga dan rasa jijik yang terselubung. Statusnya sebagai ibu muda d
kas. Arka mulai menangis lebih keras, histeris. Laila tahu bayinya kehausan dan
uangnya lagi. Dua
ecil susu formula yang paling murah dan beberapa buah biskuit. Uangnya langsun
ng ia beli dengan sisa uang recehnya. Tangannya gemetar saat memberi Arka minum. Melihat Arka m
k? Besok Laila tida
ari tempat menginap malam ini. Ia tidak bisa
, setidaknya ia tidak akan terlalu mencolok di antara ratusan orang lain. Ia be
iminta pergi karena ia terlihat "mencurigakan" dan membawa b
skuit sisa. Ia merasa seluruh kekuatannya terkuras. Ia mulai merasa sedi
r
ping, refleks melindungi Arka di dadanya dengan
i, tapi kebanyakan hanya menatap
r di jalan begitu?" seru seorang pedaga
il di lututnya dan pergelangan tangannya yang tergores aspal. Yang leb
ng meraih pergelangan tangannya. Lail
na tapi bersih, berdiri di sampingnya. Wajahn
kali. Bayimu juga menangis kencang,
, hanya menggeleng, air
a wanita itu. Dia membantu Laila berdiri
h mati, tapi ia tidak pun
k ada yang bisa dibantu
"Saya... saya cuma butuh air hangat, Bu. Dan tempat untuk istirahat sebentar.
p Laila dan Arka. Laila menunduk
an tempat mewah, tapi kamu bisa istirahat di mushola wa
ebuah uluran tangan. Sebuah keb
u," kata Laila,
Laila ke warungnya. Warung makan kecil, ramai oleh tukang becak d
annya membersihkan diri seadanya. Ia bahkan memberinya bu
duk di sampingnya, melihat Arka yang
k?" tanya Bu Siti, d
a membantunya. "Saya tidak punya suami, Bu. Saya melakukan kesalahan. Anak ini... saya mela
hanya mengangguk pelan, seolah sudah mend
a minta izin, saya boleh numpang tidur di sini malam ini? Besok saya janji ak
idur di mushola ini. Aman. Besok pagi, kalau kamu kuat, kamu bisa bantu-bantu Ibu di warung.
yang disertai penerimaan, adalah anugerah terb
as. Terima kasih, terima kasih banyak,"
mun, konflik baru segera muncul. Bu Siti baik, tapi warungnya ramai. Bagaimana jika ada pelanggan yang mengenali Lai
belum selesai. Ia harus bekerja keras, membuktikan dirinya, dan