Ketika Cinta Pertama Berujung Penderitaan
sampai sore, tubuhnya lelah, tapi hatinya sedikit lebih tenang karena ada atap di atas kepala Arka. Bu Siti adalah malaikat penyelamatnya. Wanita itu tidak pernah bertanya
an. Ia sering batuk, tidurnya gelisah, dan berat badannya su
ekecil itu kalau sakit, cepat sekali merambatnya," ka
uh biaya transportasi, biaya administrasi, dan yang pa
ambil memeluk Arka yang demam. Keputusasaan memuncak. Ia harus men
npa melibatkan Ayah Biologisnya, si Emon pengecut. Tapi Emon adalah satu-satunya sumber uang yang mungkin bi
mata membasahi pipinya. Ia harus menghubung
ia tinggalkan di ransel sejak ia keluar dari rumah. Dengan tangan gemetar,
kat. Isi pesannya data
Aku tunggu di kafe tempat kita biasa ketemu, besok sore
an ponselnya. Laila tahu Emon mungkin akan men
an kenangan pahit saat ia masih terjerat dalam pergaulan itu. Laila duduk di meja paling pojok, mengenakan pakaian paling b
t sore. Em
auh lebih kaya. Ia mengenakan kemeja mahal, jam tangan mengkilap. Ia tampak se
kan penyesalan atau rasa bersalah. Yang ada hanya
ini?" tanya Emon, suaranya pelan d
e point. "Aku nggak ada waktu, Emon. Itu anakmu. Dia
aila. Ia melihat sekilas ke arah Arka, lalu ke
anakku, kau sendiri yang memilih keluar dan hidup seperti ini. Kau piki
, Emon? Bukankah kau yang janji ini dan itu? Bukankah kau yang menghilang begi
sudah berubah. Aku sudah punya kehidupan baru, karir, dan calon istri yang ter
la karena marah. "Tidak jelas? Dia anakmu,
a. Ia mengambil selembar uang ratusan ribu dan m
h hubungi aku lagi. Aku nggak mau kau merusak hidupku yang sudah rapi. Dan kalau kau bilang-bilang ke s
i obat untuk Arka. Tapi harga yang harus ia bayar adalah harga diriny
an amarah yang membara. "Aku nggak butuh uang kotor darimu,
simpan, melainkan untuk merobeknya me
jahnya kaget dan mar
ke sini bukan karena aku lemah. Aku datang ke sini demi hak anakku. Tapi melihat betapa busuknya hatimu, aku sadar, Arka lebih baik nggak punya ayah sama sekali
dan berjalan ke
karena rasa marah dan sakit hati yang luar biasa. Ia sudah mencapai titik terendahnh. Ibu nggak seharusnya berharap pada laki-laki itu. Kita ku
ng-keping. Ia tidak mendapatkan apa-apa, kecuali luka b
iring-piring di warung, Bu Siti mel
rlihat kacau sekali,"
awal sampai Emon menolaknya. Ia menangis,
yak. Tapi kamu harus tahu, harga diri seorang ibu jauh lebih mahal dari
it. Aku nggak punya uan
amanya Dokter Risa. Dia sering membantu orang-orang miskin. Kita besok pagi ke san
ta syukur. Ia memang ditolak oleh orang-orang yang seharusnya mencintai
mandiri dan menyadarkannya bahwa ia tidak sendiri sepenuhnya. Ia memutuskan untuk melupakan Emon sela