icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Perlindungan yang Menjadi Balas Dendam

Perlindungan yang Menjadi Balas Dendam

icon

Bab 1 mata menetes di pipinya

Jumlah Kata:2037    |    Dirilis Pada: 05/11/2025

man air mata menetes di pipinya, membasahi bantal dan rambut yang acak-acakan. Rasanya seperti seluruh dunia menumpuk di dadanya, menekan, meme

alam yang sunyi. Tangan Amara menggenggam selimut seolah bisa meredakan rasa sakit yang bergelayut di dadanya. Tetap

mara menatapnya dengan campuran rasa lelah dan curiga. Livia, yang selama ini

tahu tempat yang sempurna untu

-kata Livia yang terdengar... meyakinkan, tapi juga aneh. Ia ragu, tapi sesuatu di d

lasnya singka

cat. Musik berdentum dari dalam, bass yang seakan menembus tulang, memanggilnya untuk melupakan kesedihan dan kemarahan yang menumpuk. Livia sudah

nggenggam tangan Amara dan menariknya masuk. "Ak

mengikuti arus yang belum tentu ingin ia lalui. Tetapi minuman yang disajikan bartender segera menenangkan sedikit per

n yang samar. Amara menatapnya sejenak, jantungnya berdebar lebih cepat, tapi ia tidak b

am dan tegas, tetapi ada nada yang lembut, sepe

asa seolah seluruh dunia berputar. Alkohol, musik, lampu, dan kehangatan pria itu membuatnya melupakan sem

dari klub. Ia tidak ingat apa yang sebenarnya terjadi setelahnya. Yang ia tahu hanyalah pagi berikutnya, ia terbangun sendiria

nama putranya Ethan, buah dari malam yang tak pernah ia mengerti sepenuhnya. Amara membesarkan Et

i hidup baru di New York. Kota baru, kesempatan baru, dan harapan bahwa masa lalu bisa ditinggalkan di belakang. I

tidak pernah

asi, konsultasi-segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Hingga suatu pagi, di ru

n Sin

ikit senyum tipis yang muncul di bibirnya, semuanya membangkitkan ingatan samar yang telah lama terkubur.

terbaca sesuatu yang bukan hanya penasaran. Ada kebencian, luka, dan niat yang tak bisa dise

it, di ruang konferensi, bahkan saat mengurus pasien bersama, ada ketegangan yang tak terlihat namun bisa dirasa

ngaruhi pekerjaannya. Ia fokus pada Ethan, pasiennya, dan kehidupannya yang baru. Tetapi diam-

yenyak. Ia menarik napas dalam-dalam, menutup mata, mencoba menenangkan diri. Tapi pikirannya tak bi

engenalnya?" gumamnya pada dirinya sendiri, s

sesuatu yang lebih besar-sesuatu yang bisa merusak ketenangan yang telah ia bangun se

h ia rasakan, dendam yang sudah lama terpendam, semuanya membakar di dalam dada. Bertemu kembali dengan Amara bukanlah kebetulan.

ebetulan, bagi Damian adalah awal dari permaina

ia tidak tahu bahwa bayangan masa lalu yang ia kira sudah terkubur, kini mulai me

il scan pasien anak-anak. Gedung rumah sakit berisik dengan suara langkah-langkah cepat, bunyi

pa ampun. Amara mencoba menemukan ritme baru, mengatur jadwalnya antara operasi, konsultasi, dan merawat Ethan.

nannya. Amara menoleh. "Anak di ruang 304 membu

emaksakan senyum profesional, menenangkan diri, dan melangkah ke lift. Saat pintu lift menutup, matanya tanpa sadar menatap refleksi dirinya di

eperti sudah di ujung dunia," gumamny

aki-laki, wajah pucat, napas tersengal. Orang tua pasie

u yang dalam menggetarkan hatinya. Tidak hanya sebagai dokter, tapi juga sebagai seorang ibu. Ethan a

dan staf, dan melakukan pemeriksaan awal. Semua berjalan lancar, tetapi saat ia

n Sin

a dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak ada senyum hangat, tidak

pasien di ruang 304," suaranya dalam, sedi

kondisinya kritis. Kami harus mela

apan itu, sesuatu yang membuat Amara menelan ludah. Tidak ada perasaan nostalgia

angkan dirinya. "Kenapa aku merasa... gel

i biasanya. Ethan sudah tertidur pulas, tetapi meja makan masih berserakan sisa mak

sir bayangan Damian yang muncul di setiap sudut pikirannya. Ia tahu, tidak ada yang seharusnya membu

Damian muncul lagi, duduk di barisan yang berseberangan. Ia tidak memperkenalkan diri, han

an membuatnya waspada, setiap tatapannya menimbulkan perasaan tidak nyaman. I

dokter berbisik, "Dr. Sinclair memang

n itu sendiri," jawabnya, tanpa menya

, bahkan di kantin rumah sakit. Tidak ada interaksi langsung yang kasar, tidak ada kata-kata menyakitkan, tetapi hadirnya membuat

anyakan ayahnya, pertanyaan yang selalu membuat Amara tersentak. Ia menatap

ma?" tanya Ethan suatu malam, ma

m. "Mama tidak tahu, sayang. Tapi Mam

ilangan seorang pria yang mungkin ia cintai empat tahun lalu, tetapi juga

nta Amara bekerja sama dalam menangani kasus operasi anak yang kompleks. Awalnya,

esional, tapi ada nada yang menusuk. Amara merasa seolah-olah setiap gerakannya dinilai, setiap keputu

Anda sangat cermat, Dr. Amara," katanya pelan. Nada suaranya datar, ta

ra, menunduk, mencoba men

yang lebih dalam daripada sebelumnya. Bayangan Damian, tatapannya, aroma parfumnya-semua itu men

alam yang sama sekali tidak bisa ia lupakan. Ia menutup mata, menghirup napas panjang. Dendamnya bukan hanya soal pengkhianatan, tetapi

ologis itu bar

lah menyiapkan rencana dengan cermat-tidak kasar, tidak terburu-buru, tetapi penuh dengan ket

ng salah. Sebuah intuisi gelap yang tidak bisa dijelaskan. Sesuat

rkubur, kini mulai membentuk jalan yang akan membuat hidup

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka