Bayangan Mafia Mengintai Setiap Nafasku
tat, dan setiap keinginan sederhana-minum teh hangat, membaca buku, bahkan sekadar berjalan di taman-seolah menjadi tindakan yang har
at biasa di mata teman-teman. Namun, kehidupan di rumah berbeda. Kaelion selalu ada, entah di r
ku melihatnya berdiri di halaman, melihat ke arahku tanpa mengucapkan s
ada diri sendiri. Kata-kata itu terasa pahit saat keluar dari
ku mencoba menutup diri dari dunia luar. Aku mencoba mengingat semua cerita tentangnya-kisah kekejamannya, reputasinya sebagai penguasa, semua rumor tentang cara dia menghancurkan lawan
ruang tamu. "Nina, kamu tidak
... capek, Bu. Aku akan
ingin berbicara denganmu, sayang. D
kin menolak tanpa menimbulkan masalah? Aku akhirnya turun ke ruang makan, menemukan Kae
mbus ruang hening. "Hidup di sini tidak seharusnya mem
ahan muncul. "Aku hanya ingin memiliki ruan
k ada ruang sendiri. Setiap langkahmu adalah milikku untuk diperhatikan. Jika aku membiarkanmu bebas, itu bukan kebebasan; itu kel
nya selalu begitu, setengah ancaman, setengah... perhatian. Da
elajar kapan harus diam, kapan harus menatap, kapan harus menyingkir. Kaelion selalu tahu batasan yang boleh dan tidak bol
lisan tangan itu rapi, tegas, penuh perhitungan. "Jangan mencoba
n atau peringatan. Tapi aku tahu satu hal: aku berada dalam dunia yang Kaelioum untuk menyamarkan tekanan yang kurasakan. Namun, setiap kali ponselku berbunyi, jantungku berdegup leb
halaman, menciptakan suara yang menenangkan. Tapi ketenangan itu hanyalah ilusi. Aku merasa matanya me
tanpa Kaelion. Dunia yang sederhana, damai, dan bebas. Tapi bayangan itu
sini, di kamarmu sendiri, aku selalu ada. Dan kau akan
erteriak, menolak, melawan. Tapi di dalam hatiku, aku tahu sa
namun tetap mengendalikan segalanya. Dia mengatur jadwalku, memastikan aku makan dengan cukup, tidur tepat waktu, bahkan mem
sa tubuhnya, cara dia berbicara dengan orang lain, cara dia menatapku tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun. Ada
padanya saat kami berada di perpustakaan
u, Nina. Aku ingin tahu siapa yang bisa bertahan di dunia ini, siapa yang bisa berdiri d
membuatku takut. Ada perasaan campur aduk-antara takut, penasaran, dan marah.
bukan hanya soal menghindari ancaman. Ini soal memahami, beradaptasi, dan kadang, mene
u bagaimana caranya melawan seseorang yang selalu ada, bahkan ketika aku merasa sendiri. Tapi aku tahu satu hal: aku tida
di tengah semua itu, ada satu rasa yang semakin kuat: tekad. Aku tidak akan menjadi pion yang mudah diatur. Aku tidak akan
semakin gelap dan Kaelion semakin dekat, selalu ada di mana-mana, menguj
ke seluruh ruangan. Namun kehangatan itu tidak mengusir kegelisahan yang menggerogoti hatinya. Dunia yang selama ini ia anggap
a, bahunya lebih tegang, dan senyum yang dulu mudah muncul kini jarang terlihat. Hidupnya dipenuhi aturan yan
ti sarapan dengan tenang sebelum Kaelion muncul. Namun, begitu ia membuka pintu, aroma kopi yang kuat sudah mengisi
seolah ingin menandai bahwa ia telah hadir di d
mencoba tetap tenang
k menghangatkan. "Lebih waspada. Lebih berhat
n dianalisis, seakan Kaelion membaca pikirannya tanpa perlu menanyakannya.
"Sarapan bukan sekadar makan. Ini soal mempersiapkan diri untuk dunia yang akan terus menguji
k memberi ruang bagi mereka yang lemah, dan kehadirannya bukan sekadar pengawasan-itu adalah pela
kirannya tidak terusik. Taman belakang rumah itu luas, dipenuhi bunga dan pohon yang dirawat dengan rapi
ahnya sendiri tanpa ada yang memantau. Namun bayangan itu segera tergantikan oleh sosok Kae
" tanyanya, tanpa menye
ul. "Aku ingin udara segar. Tidak semu
"Kamu bisa berjalan sendirian, tentu. Tapi ingat, dunia ini penuh risiko. Kadang ancaman datang dari
asa penasaran yang terus tumbuh. Kaelion selalu berhasil membuatnya mera
tegi bisnis keluarga, jaringan pengaruh yang luas, dan cara dunia bawah tanah beroperasi dengan presisi. Ia menyadari bahwa Kaelion buka
sia. Kaelion muncul tanpa suara, meletakkan satu buku tebal di depannya. "Ini harus kamu baca," katanya. "Untuk memahami
, lalu menatap Kaelio
mu gagal. Dan aku ingin melihatmu mampu bertahan di dunia yang keras ini. Bukan karena ak
i ada bagian yang penasaran. Ia mulai menyadari bahwa Kaelion bukan hanya ancaman. Dia ada
Aku membenci cara dia mengawasi setiap langkahku, tapi aku tidak bisa menolak pelajarannya. Aku tidak tahu apakah aku akan m
il: memastikan makanan Nina sehat, memperhatikan jadwal tidurnya, bahkan sesekali menanyakan tentang kuliahnya. Tapi set
mbaca gerak-gerik Kaelion, bahkan menemukan cara-cara halus untuk mempertahankan ruang pribadinya. Set
wa dua cangkir teh hangat. Ia tidak berbicara, hanya menatap hujan bersama Nina. Diam mereka terasa penuh arti, seperti per
ini keras. Tapi aku percaya, jika kamu mau belajar, kamu b
ah, penasaran, dan sesuatu yang sulit ia definisikan. "Ak
it diabaikan. "Kadang pilihan itu bukan milikmu. Kadang dunia memilih
Kaelion-baik sebagai musuh, guru, atau teka-teki yang harus dipecahkan. Dan di sanalah ia mulai menyadari satu hal penting: kekuatan seja
ri sendiri: "Aku akan bertahan. Aku akan belajar. Dan suatu hari, ak
tiap hari adalah pertarungan, setiap langkah adalah ujian, dan setiap detik ada
, satu hal tetap hidup dalam hatinya: tekad untuk menemukan cara agar bebas, meskipun dunia di sek