Ketika Istri Sah Hanya Dijadikan Pengasuh Anakmu
oma tanah yang baru tersiram embun. Burung-burung kecil berterbangan renda
masih mengepulkan uap tipis. Sudah dua minggu sejak ia dan Mira mulai sering bertemu - tidak hanya di pasar, tapi
ti Bude siapin lho," pang
iap, Bude. Saya ha
ngenal Mira, ia jarang lagi begadang memandangi foto mendiang istrinya. Luka lama itu tak sepenuhnya
di jalan setapak, melainkan seorang kur
eno Ad
, sa
r pusat. Mohon tanda
dahi berkerut. Begitu kurir i
negang: "Surat Penugasan Sementara - Depar
beban yang menimpa dadanya. Mutasi sementara sel
anya terasa jauh. Ia baru saja mulai nyaman di tempat ini, baru saja menemukan alasan untuk tersenyum lagi
akhir, tangannya cekatan, rambutnya terikat asal. Saat melihat Reno datang, ia langsung ters
eno, k
utasi," jawabnya pelan.
enutup wadah bubur yang belum sel
ggak bisa nolak. In
nya ada satu hal yang ia dengar: napas Mira yang tertahan, dan tat
gerti, kerjaan itu penting. Aku juga pernah ngalamin ditinggal
n pergi, bahwa perempuan ini sudah jadi bagian dari hidupnya - tapi lidahnya
Mira," ujarnya akh
-dalam. "Aku percaya, Mas. Tapi nanti kalau
langgan. Ia ingin menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersamanya. Hari itu mereka berdua mengendara
sambil mengemudi pelan. "Kamu bisa h
endiri, Mas. Kalau nggak hafal,
. Di umur segini, bisa sabar ngurus bapak,
r, yang ada malah nyesel, Mas. Hidupku kan tin
impan beban besar. Bapak Mira, Pak Wiryo, sudah semakin parah demensianya. Kadang lupa makan,
ku meninggal. Rasanya nggak mau hidup lagi. Tapi... sekarang aku
oleh. "C
lan bubur pagi-pagi di pasar, te
pura-pura sibuk membuka kotak
apkan bekal penuh cinta - rendang, sambal
san Bude. "Dan... kalau kangen, telepon Mir
ju bandara dengan motor pinjaman. Tapi di setengah perjalanan,
adio terdengar samar. Mira keluar membawa e
elum be
enarik napas panjang. "Makasih. Buat s
bingung. "Aku?
caranya hi
berhenti. Tapi sebelum ia sempat menjawab, Re
, Mir. Tunggu
Ren
i, tiga b
i, benar-be
k kunjung reda. Hari-harinya kembali diisi dengan rutinitas: menyiapkan bubur, merawat bapaknya, menghitung hasil jua
a. "Mbak Mira, Mas yang bantu ngan
uar kota, Bu," j
mbil menatap jalanan berlumpur. Ia teringat kata-kata Reno: 'Aku baka
l. Sinyal sulit, cuaca tak menentu. Namun di sela lelah, ia selalu menulis sesuatu di buku catatannya: kisah sing
enginapan, ponselnya bergetar. Nomor tak diken
s R
erdengar gemetar. I
ude. Ad
akit. Mira sendirian di sana
petir. Tanpa pikir panjang, ia menutup laptop, menge
pagi hari, Reno langsung menuju rumah sakit di kota. Di ruang perawatan, ia mene
Tapi saat melihat Reno muncul di
lalu menepuk bahunya
h. "Aku takut, Mas. Bapak makin sering l
i sampingnya. "Sekarang aku
, matahari menembus jendela, menyinari
menurun drastis, kemungkinan besar hanya menunggu waktu. Mira menatap kosong ke ar
a mesin oksigen yang berdesis pelan,
gan doa dan air mata. Mira berdiri di tepi liang, mengenakan kebaya abu-abu sederhana, wajahnya dat
a usai, ia b
ra.
pnya lemah. "Sekaran
. "Selama kamu mau, kamu n
ngis di pelukannya. Tangisan panjang
urnya untuk sementara. Reno sering datang membantu di rumah, membersihka
kin taman?" tany
nggak sepi. Katanya, bunga bis
gitu tanam yang tahan lama,
tapnya. "
ga - tapi untuk sesuatu yang lebih dalam. Sebuah tekad
teras rumah Bude Ratna sambil menatap lereng Merapi yang
as. Aku nggak tahu kalau send
embala
alau tanpa kamu, aku b
p memang bukan soal kehilangan atau menemukan. Tapi tentang keb
itu, cinta mereka mulai tumbuh la