Janji Kita Hanyalah Debu
-kota, menatap jendela yang dipenuhi embun. Di kursinya, ia memeluk tas kecil berisi dokumen pentin
hanya satu koper kecil dan sel
elihat Farel memeluk Alena di kantornya, sesuatu dalam dirinya mati -
kota mulai memudar, berganti hamparan sawah dan perbukitan yang ia kenal betul. Ia kembali ke
nya pelan, seolah sedan
ania menikah. Farel membuatnya sibuk, terlalu sibuk untuk mengingat rumah dan masa lalu. Tapi
apas panjang, lalu turun dengan langkah gemetar. Angin dingin m
- penuh tikungan tajam, dengan pohon jati di kanan kiri. Setiap detik ter
a mulai mengelupas, tapi pohon melati di halaman masih tumb
anita paruh baya muncul dengan wajah setengah mengantuk,
ibunya berget
um lemah. "Ak
ng hangat, namun juga menyakitkan - karena di dalamnya
kecil di rumah itu. Ibu Rania duduk di seberan
ang dulu. Ibu kaget, Nak,"
"Maaf, Bu. Aku... nggak
berkata pelan, "Kamu be
pal di atas meja. "Bukan berte
tanya ibu
bersama perempuan lain. Aku nggak salah dengar,
u berusaha jadi istri yang baik. Tap
lama. "Kamu udah
dah, Bu. Aku nggak mau hid
l bagaimana keras kepala putrinya itu. Sekali Rania me
rjualan kue basah di pasar pagi. Tangannya yang dulu halus kini terbiasa mengukus, membun
ada tatapan merendahkan setiap kali i
ederhana ini, Rania
tap rumah sambil memikirkan masa lalunya. Kadang ia masih berharap Farel akan mencarinya, menyesal, lalu meminta maaf
esanan kue untuk hajatan tetangga, ponselnya bergetar. Na
re
api ia tak menjawab. Panggilan itu berulang tiga ksa jelaskan semuanya. Tolon
r matanya menetes ke bungkus
mau dijelaskan dari pengkhianatan yang
Dalam hatinya, ada perang besar - antara cinta yang masih
ran kerja paruh waktu dari salah satu teman lamanya, Dina, yang memiliki toko r
ap bantu," kata Dina waktu mereka be
cuma sembunyi di balik dapur rumah. Aku butu
ya. "Kamu selalu kuat, R
a mulai berseri lagi. Ia belajar tersenyum kepada pelanggan, membuat
setelah berbulan-bul
Suatu malam, Dina menutup toko
harus bila
tap bingun
ar pesanan ke hotel Grand Vista, aku lihat Farel
apasnya tertahan
ang mendadak meluap. "Aku udah nggak mau
lan. "Aku cuma tak
"Aku udah nggak bisa
run rintik-rintik, tapi ia tak peduli. Ia berhenti di depan etalase toko mainan, menatap bon
inta itu segalanya. Ternyata, cinta tan
datang ke rumah ibunya. Untung saja ia sedang di toya mau minta maaf. Ibu
tolong jangan biarin dia masuk.
agu. "Ta
tapi tegas. "Aku butuh waktu
elum akhirnya menjawab, "Baiklah, Ra
yang belum ia bentuk. Air mata mengalir tanpa ia sadari. Tapi kali ini bukan karena l
sar dari sebuah acara amal yang diadakan oleh yayasan sosial di
a besar yang datang nanti. Siapa tahu kamu
khirnya setuju. Ia ingin men
h dihiasi bunga-bunga putih dan lampu gantung elegan. Suasana
mek putih. Saat sedang menata kue di meja bes
an
eku. Ia perlahan berbalik - dan
ak lelah, mata cekung, tapi masih de
di sini," k
am. "Aku di mana pun
"Aku nyari kamu ke mana-ma
minta kamu jujur, kamu diam. Sekarang sete
"Aku salah. Ta
nama itu lagi. Kamu udah bikin aku kehilangan harga
nia tak ingin lagi terjebak dalam ekspresi itu. Ia be
satu per satu, tap
acara selesai, Din
u yang di posisi kamu tadin. Tapi aku sadar... kalau aku terus biarinengan kagum. "Aku
la toko. "Aku cuma pengin hidup tenang,
r nyenyak. Tidak ada tangisan, tidak ada mimpi buruk. Hanya
di jalan y
san pengadilan ia simpan di laci meja kerja di toko. Tidak ada pesta
ermin, melihat perempua
a yang baru," ucapnya
Dina menghampirinya
ang toko kita di kota besar. Dan mereka m
rkejut.
il. "Aku udah rekomendasiin kamu. Kamu pantas,
-kaca. "Terima kasih, Din. Kamu nggak ta
ota besar, tinggal di apartemen kecil dekat toko baru. Hari-harinya dipenuhi arom
arel masih muncul di piki
yang menentukan dirinya, melainka
donan kue yang mengembang
epung, ia akhirnya menemukan sesuatu ya