icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Janji Kita Hanyalah Debu

Janji Kita Hanyalah Debu

icon

Bab 1 menenangkan bagi sebagian orang

Jumlah Kata:2868    |    Dirilis Pada: 24/10/2025

agi sebagian orang, tapi tidak bagi Rania. Di ruang tamu yang temaram, ia duduk memandangi jam dinding yang be

embahas rencana liburan. Ia menatap nama suaminya di daftar kontak. Jemarinya ingin menekan tombol panggil, tapi segera ia urungkan.

da sesuatu yang berubah dalam rumah tangga mereka, sesuatu yang

ngkah kaki yang dikenalnya. Farel masuk tanpa rasa bersalah sedikit pun,

arel terdengar datar,

um tipis. "Me

nget," jawabnya sambil melepas dasi, berjalan

an hangat, tak ada tanya kabar. Rumah ini seperti hanya diisi

ke kamar mandi. Rania sempat melihat notifikasi yang muncul di layar

nya s

jalan, aku m

utup, lalu memalingkan wajah ke arah jendela. Ia tahu apa arti pesan itu. Ia ta

g, menatap kosong ke lantai, sementara pikirannya berkelana ke

tidak pernah diminta tapi sangat dibutuhkan. Mereka berjuang bersama dari nol. Rania masih ingat baga

orang asing. Waktu yang dulu ia berikan tanpa batas kini hanya s

a, Rania memu

kan

arel, tapi karena ia sudah terlal

ada dirinya sendiri saat ibunya dulu me

i aku dikhianati, aku akan perg

l buku catatan kecil dari laci, menuli

hitung mundur. Tiga puluh

tkan. Farel tetap dengan rutinitasnya - berangkat pag

e rekening pribadinya, mengumpulkan berkas-berkas penting, dan menulis surat gugatan yang belum

ipat pakaian ketika Farel ma

iam akhir-akhir ini?"

pakah pertanyaan itu sunggu

-apa," jaw

h, bilang. Jangan diem-diem kayak

selama ini justru ia yang paling lelah mencoba m

berkata lirih, "Aku cuma seda

kilas, tak mengerti

suaminya yang dulu ia kagumi.

i k

ntar adiknya, Livia, pulang setelah berbagi cerita singkat. Livia sempat cu

arel nggak ada masalah, k

ngan senyum hambar. "Ak

l Farel, dan setiap kali, nama Alena muncul di sana. Kadang pesan manis, kadang hanya e

a yang terus menunggu seseor

i k

jaket Farel. Dua malam, satu kamar. D

duk di lantai, menggeng

idak ada la

dengan tangan bergetar. Air matanya jatuh

isau yang memotong ik

etak surat itu dan menyi

di depannya, dengan ca

h membuatku belaja

i k

ang tah

e cokelat kesukaan Farel, membungkusnya dengan pita biru. I

egan - tanpa amarah, tanpa teriak, tanpa air mata yang ingin ia tun

an dress sederhana warna krem dan menyemprot sedikit parfum favoritnya

antor, resepsion

idak ke sini. Mau ke

opan. "Iya, saya

l lagi di ruangan, tapi-" resepsionis

a?" tanya R

apa kok, Bu. Sila

di tangannya semakin berat, seolah tahu bahwa langka

r suara tawa. Lembut, namun asing. Lalu terdengar suara Far

en

ran mengalahkan ketakutannya. Ia mendorong sedikit pintu yang tidak

annya melingkar di pinggang perempuan itu. Bi

a berhenti

ampir jatuh. Ia mundur selangkah, menutu

am sekejap, semua kenangan bertahun-tahun bersama Farel berputar di kepalany

ahan, keluar dari gedun

n, ia menatap langit yang

janjiku, Ma. Aku p

i bangku taman depan kantor, lalu berjalan pergi, memb

a setelah sekian lama, la

k. Ia menemukan ruang tamu kosong, dan di meja ma

i dalamnya ada surat gugatan cerai dan sebuah

. Tapi ternyata, hatiku tidak cukup untuk dua

asah. Ia berlari ke kamar, memanggi

. Tak ada lagi suara lembut yang memanggil namany

ia kenakan di hari pernikahan mereka. Putih, sederh

duk, lalu menangis untuk per

anya sudah

Dan kali ini, ia

ang kecil di kamar kontrakannya yang baru. Dindingnya tipis, catnya sedikit mengelupas, dan hanya ada satu jendela kecil yang mengha

ani ia buka. Di sudut meja, ada setangkai bunga mawar kering yang dulu Farel berikan di hari ulang tahunnya - satu-

galkan rumah itu. Tiga hari tanpa pesan, tanpa telepon, tanp

atap uap yang perlahan naik. "Mulai hari ini,

Nama yang muncul di layar mem

rumah orang tua, dia nyari kamu terus!"

a menegang. "Aku baik-baik aja, Liv

arel keliatan nye

k butuh dia datang untuk minta maaf. Aku cuma but

via akhirnya menjawab lirih, "Baik, Mbak.

ma ka

a lama. Ia tahu Livia hanya ingin membantu, tapi

in interior karena Farel ingin ia fokus mengurus rumah. "Aku pengin kamu istirahat, nggak usah capek-c

dar betapa mahalny

ninggalkan CV seadanya yang ia perbarui semalam. Banyak yang me

ania dengan mata lembut. "Kamu bisa mulai besok kalau mau. Kita butu

a bahagia. "Terima kasih, Bu. Say

Rania. "Nggak usah sungkan. Sem

terasa seperti pelukan

, menatap jendela kontrakan yang ber

3 setela

juga lega. Aku kehilangan seseorang

ipis. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia bisa tidur

bayung. Setiap pagi, ia membuka pintu toko, menyalakan lampu gantung, dan menyiapkan mesin kopi sambi

ista muda yang cerewet tapi baik hati, dan Gilang, pelaya

, tapi matanya kayak menyimpan cerita," kata Gila

l. "Kamu nonton fi

tebak, kamu habi

ilang. "Eh, jangan asal

. "Aku nggak patah hati, Gilang. Aku cu

engangkat cangkir. "Kalau gitu

ngangkat cangkirn

perlahan menyembuhkan luka

. Saat semua orang tertidur, kenangan dat

tawa bersama di dapur, tentang pelukan hangat yang dulu terasa beg

awa. Di halaman pertama, ada foto mereka berdua di pant

itu lama, lalu menutup

ta cuma sampai dia bo

jendela dan menutup mata. "Tapi a

mpat lain, Farel hid

sudutnya, ada jejak Rania - aroma parfumnya di bantal, lukisan kecil di din

t cerai yang sudah ditandatangani Rania. Ia

eluruh hatiku. Tapi ternyata, ha

ghantamnya lebih

tidak aktif. Ia mendatangi orang tua Rania, tapi mereka hanya

hu Rania benar-benar meninggalkannya. "Aku nggak mau jad

l benar-be

wa kamar yang sedikit lebih luas di lantai dua, menambah beberapa pot tana

a, minggu depan ada pelatihan barista gratis dari komu

gu. "Aku kan cu

bisa naik level. Aku ya

jenak, Rania tersen

membuat latte art, mengenal berbagai jenis biji kopi

um bangga. "Kamu punya potensi besar, Rania. Kamu buka

nunduk malu. "Saya cuma pengin

ulai terbiasa melihat dunia tanpa bayangan Farel di

us. Suatu hari, Farel muncul di

gang saat melihat sosok itu berdiri di lu

ikut berbisik, "Ra

ara Rania pela

fe seketika hening. Ia menatap Ra

serak. "Aku cuma m

Aku sedang kerja, Farel. Kalau mau

an berjalan lambat. Setelah Rania menyelesaikan pesa

amu bicarakan?"

Aku salah, Rania. Aku bodoh. Aku kehila

hany

esel banget. Aku cuma pengin minta maaf, meski

rsi, duduk di depannya, menatap mata y

bukan perempuan yang

, suaranya lir

udah memaafkan kamu, tapi bukan untuk kembali

jatuh tanpa suara. "Kamu ben

esai di hari kamu mencium perempuan lain. Se

apan mereka. Farel bangkit, mena

a tanpa air mata. Tidak a

menulis lagi di

7 sejak a

rakhir kalinya. Aku tidak membencinya lag

tak sempurna,

in malam masuk melalui jendela yang terbu

lam, menatap bintang ya

knya lembut. "Terima kasih suda

k lama, Rania benar-benar perc

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka