Terjebak dalam Godaan Ipar
kecil untuk bayinya, mencoba menenangkan hatinya sendiri, tapi kali ini dadanya sesak sejak membuka m
dah siap menghadapi apa pun setelah tragedi menimpa keluarganya, tapi tidak
n pagi yang masih menempel di daun. Bayinya menangis pelan dari ranjang kecil di su
knya dengan suara gemetar. "Kalau bukan kar
t. Ada sesuatu dalam dirinya yang menolak meninggalkan Alexa
ah sudah tahu sesuatu. Alexander membaca koran tanpa banyak bicara, sesekali menyeruput kopi.
heningan. "Aku mendengar kau sering b
nnya berhenti di udara. "Saya..
m dingin. "Hati-hati. Tidak semua buku d
kan korannya. "Ib
ella, kakakmu dulu juga sering ke perpustakaan itu. Ia m
Ia ingin bertanya lebih jauh, tapi tata
bu?" ia membe
ngan itu. "Hanya sekadar mengingatkanmu bahwa ad
rgeser keras. "Aku harus pergi ke kanto
Isabella tahu: rahasia itu ada hubungannya dengan kak
exander di kantor, Isabella memberanikan diri kembali ke per
menyembunyikannya. Namun ia terus menggeledah rak, menarik buku-buku, dan akhirny
, foto, dan sebuah buku harian dengan sampul kulit lusuh. Saat ia membuka
ang berbeda. Aku tidak tahu harus merasa ba
rasa ditusuk. Ia membuka hal
menolak ketika hatiku memilihnya? Alexander adalah segalanya. Bahk
matanya jatuh ke halaman buku ituenutup buku harian itu, tapi sudah terlambat. Alexander b
ukan?" suaranya r
. "Kenapa kau tidak pernah bilang? K
menutup pintu di belakangny
akakku mencintaimu. Dan kau mencintainya j
n menahan amarah dan rasa sakit sekal
. "Aku mengerti kenapa kau selalu dingin padaku
elukannya dengan paksa. "Aku bilang, kau tidak m
emang rumit, jelaskan padaku! Jangan biarkan aku terjeba
ngan mata Isabella. Dalam tatapan itu,
a akhirnya, suara bergetar. "Ta
, tidak mengerti
ipaksa menikah. Itu bukan pilihanku, bukan pilihannya. Tapi di tengah semua tekanan keluarga, kami... menemuk
erang, hatinya kacau. "Dan aku? Aku
menginginkanmu masuk ke lingkaran ini. Tapi setelah kecelakaan itu
ku harus hidup, Alexander? Dengan bayangan kaka
punya jawaban. Yang kutahu, semakin aku mencoba melupakan dia
uangan. Isabella merasa dadanya
ya bayangan kakakku yang kau lihat padaku?
ku tidak tahu lagi, Isabella. Tapi yan
hebat. Bukan jawaban yang ia inginkan, ta
enatap langit gelap penuh bintang. Angin malam me
di sini, aku akan
ulas di ranjang kecil. Seketika hatinya mencair.
leh. Alexander berdiri di sana, hanya mengenakan ke
sa tidur?" ta
enggeleng,
Aku tahu aku sudah membuatmu menderita. Tapi percayala
ata berkaca-kaca. "Kalau begitu, bukt
tangan Isabella, menggenggamnya erat. Genggaman itu hangat, ku
Aku tidak akan melepaskan tanga
pertama kalinya, ia merasakan kehangatan yang tulus dari Ale
n tumbuh untuk pria itu, dan rasa bersalah kare
am, menatap keduanya dari kejauhan.
u benar-benar tenggelam, aku akan menghancurkanmu dengan rah
tahu bahwa perang yang seb
erlelap, namun pikirannya masih berkecamuk. Ia berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit yang
de
berharap bisa mematikan semua pikiran yang mengganggu. Tapi semakin ia berusaha menolak, semakin jelas bayangan wajah pria itu m
?" bisik Elara pa
a melihat kejadian siang tadi ketika mereka tanpa sengaja bersentuhan di dap
nya. Pria yang seharusnya sama sekali tidak boleh ia sentuh. Tapi m
k terbaca, karena pikirannya melayang entah kemana. Sejak beberapa minggu terakhir, ia merasa hidupnya t
ar
dua telapak tangan. "Astaga, a
enyayang, lembut, dan begitu pengertian. Tapi entah mengapa, kehadiran Elara membawa sesuatu yang berbeda.
h emosi bercampur bingung, seolah gadis itu juga b
Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Aku harus berhenti. Ini s
sol sedang menyiapkan sarapan, Kaden duduk di meja makan membaca
n jus jeruk di kulkas?" pin
t membuka kulkas, seolah takut kalau dirinya terlalu lama berdiri di sana akan
up untuk membuat napasnya tercekat. Kaden buru-
sol sambil menuang jus ke gelas. Elar
erhatikan Kaden. Tapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Setiap
n tidak ikut karena ada rapat mendadak. Sepanjang perjalanan, Elara h
rus," tanya Marisol sambil menatapnya
"Nggak apa-apa, Kak. La
a sama aku ya. Kamu tahu
membuatnya semakin merasa berdosa. Bagaimana mungkin ia bisa menyimp
rahat. Elara keluar ke taman belakang, mencoba menenangkan diri dengan u
ya tersentak. Saat menoleh, Kad
sapanya
-cepat menu
duduk?"
n tercipta. Hanya suara burung da
u tahu kita sama-sama... merasakan sesuatu. Tapi ini sa
i yang bergejolak. "Aku tahu. Aku juga nggak
lam. Ada luka, ada keinginan, ada keragu
nya Elara berdiri buru-buru. "Aku masuk dulu,
gnya yang menjauh, merasa hatiny
jam, sudah lewat tengah malam. Dengan langkah pelan,
di balkon, sendirian, menatap langit. Lampu redup membu
u, hatinya berperang
ilih m
tidur?" ta
terkejut melihat Elar
ening kembali tercipta, namun kali ini berbeda. Ada energ
sik Elara. "Karena aku tahu ini salah
panjang. "Aku juga
a yang menahan diri. Perlahan, jarak di antar
di batas terakhir? Malam itu, Elara dan Kaden tahu bahwa satu pilih
itu sudah tumbuh. Dan tidak ada yan