Terjebak dalam Godaan Ipar
lain yang terjebak dalam dunia yang bukan miliknya. Gaun malam berwarna gading melekat indah di tubuhnya, rambutnya ditata sempurna oleh penata pribadi
lam pertama yang seharusnya dipenuhi romansa bagi pasangan pengantin baru.
nya terlonjak. "Masuk," suaran
it berantakan, kontras dengan wajahnya yang tetap menampilkan pesona dingin. Ia melangkah masuk tanpa izin
Suaranya rendah, berat, dan entah ba
ar jendela di mana cahaya lampu kota berk
has cologne mahalnya tercium, menambahkan ketegangan. "Kau tid
dah, tangannya mengepal di sisi tubuh. "Pe
"Bukankah kau sendiri yang tahu? Pernikahan ini bukan tentang cinta, Isabella.
kan hanya tanggung jawab. Dia darah daging kakakku. Dia kelu
bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat. "Kau punya api di dalam dirimu, Isabella. Ak
mundur. "Aku tidak akan membiarkan sia
menunjukkan sesuatu yang rapuh di balik dinding dinginnya. Tapi secepat itu pu
i apa-apa. "Aku tidak akan menyentuhmu malam ini. Kau tampak terl
h lega, separuh tersinggun
idak ingin. Dan aku juga tidak akan memaksakan apa
bisa begitu kejam dalam kata-kata, namun juga menunjukkan semac
tanya tetap terbuka, menatap bayangan Alexander yang duduk tenang di sofa, menyalakan rokok, dan menat
s bayi dari kamar sebelah. Ia langsung bangun, tanpa
luarga Blackwell, sudah menggendong si keci
tangannya otomatis terulur
Wajah polos, tangan mungil, dan tatapan lugu itu menjadi pengingat nyata men
ngkat kerja. Ia terdiam, menatap pemandangan Isabella menggendong bayi itu. A
ukanmu," ujar Alexander
itu. "Karena dia tahu aku mencintainya. Anak ini b
langkah, lalu berhenti. "K
yi mungil itu. "Mungkin karena aku
lalu hanya berkata, "J
Bagaimana bisa aku tidak terikat pada anak yang kubesarkan? Dia
hanya memalingkan wajah, lalu
i rumah, sibuk dengan perusahaannya. Isabella menghabiskan sebagian besar waktun
kan undangan gala. Semua orang ingin melihat pasangan baru Blackwell. Isabel
tua yang membungkus tubuhnya menarik banyak perhatian. Tapi setiap kali ia melangkah be
istri pertama, kan?
kwell mencari penggan
ri. Tapi Alexander tampak tenang, bahkan menyeringai tip
isik Alexander di telinganya
ebar karena kedekatan mereka. "Kau t
an. "Aku sudah terbiasa. Dunia selalu bicara. Tugas kita
nyadari sesuatu. "Dengan
rnya melengkung nakal. "Te
emua orang men
ta anggun berusia lima puluhan dengan tatapan menusuk berdiri di ruang
, menatap Isabella dari atas ke bawa
meski jantungnya berdebar
restui pernikahan ini? Kau pikir menggantikan kak
. "Saya tidak pernah berniat menggantikan siapa
kau bisa menguasai warisan ini hanya karena kebetulan kau menikah dengan Alexander. I
n yang bergolak. "Saya tidak peduli dengan harta ata
dengan kata-kata itu. Tapi tidak aku. Aku akan mengawasimu, Isabella. Satu kesa
as, nyata, dan berbahaya. Tapi di dalam
ilakan awasi saya. Karena saya tidak akan pernah mun
gan api berbeda saling berhadapan. Per
uan, memantulkan cahaya lembut di meja panjang yang dihiasi piring porselen, gelas kristal, dan
dingin dengan jas hitamnya. Di seberang mereka, Victoria Blackwell
tanya Victoria dengan nada yang terdenga
. "Nyaman, Bu. Terutama karena ada Emi
. Kupikir dialah yang paling tahu bagaimana mengurus anak itu. Aku hanya kh
ras. "Saya tidak pernah berniat menggantikan siapa p
Cukup, Ibu." Suaranya rendah tapi tegas. "Aku tidak in
baru masuk ke keluarga kita, Alexander. Apa kau sudah lupa betapa cepatnya semua ini ter
datar. "Aku lebih peduli pada keluargaku yang ada di sini
tnya dengan nada melindungi, meski mungkin hanya untuk m
er. Ada hal-hal yang tidak kau tahu. Kau pikir kau bisa menjaga semuan
atu yang tersembunyi di balik kata-kata Victoria. "Ha
lla dengan dingin. "Kau tidak p
"Cukup. Kita tidak akan membi
masa lalu kelam yang sengaja ditutupi. Sesuatu yang berhubungan dengan Alexand
. Ia duduk di tepi ranjang, memikirkan percakapan tadi. Hatinya gelisah. Setiap ka
u." Kata-kata Victoria teru
ng masuk dengan langkah lelah. Ia membuka jasnya
ikan ucapan Ibu,"
na aku bisa tidak peduli? Jelas-jel
lebih baik tidak kau ketahui, Isabella. Percayalah,
nganmu bukan karena cinta, tapi karena keadaan. Sekarang aku terikat dalam keluarga in
nya sebelum ia mengalihkan pandangan. "Percayalah, kebena
gkah darinya. "Aku tidak takut dihancurkan. Y
pikirannya sendiri. Lalu ia berbalik, melangkah ke arah pintu. "S
sesak. Ia tahu satu hal: rahasia itu l
ll. Ruangan itu penuh rak tinggi dengan buku-buku tua, sebagian berdebu, sebagian tampak sering
a menarik perhatiannya. Sampul kulit cokelatnya sudah pudar,
Victoria tampak bahagia dalam bingkai yang sudah menguning. Tapi sema
sangat mirip dengan Isabella. Rambut panjang bergel
ertegun. I
lexander. Mereka berdua tampak begitu dekat, nyaris lebih dari sekadar pasangan s
tangannya bergetar. "Tuhan..." bisik
Alexander muncul di pintu perpustakaan,
di sini?" suaranya ren
itu di pelukannya. "Aku
um dari tangannya. "Jangan pernah me
napa? Apa yang kau sembunyikan dariku? Apa hubung
ngeras, matanya gelap. "Kau tid
bukan? Itulah kenapa kau begitu dingin padaku. Karena ak
tam meja kayu di sampingnya. Suara keras menggema di
eski takut, ia tidak mundur. "Kalau memang bn amarah sekaligus luka. Saat ia membuka mata
nya akhirnya, suaranya serak. "Dan i
. Kata-kata itu menusuk hatinya
menatap Isabella sekali lagi. "Sekarang kau tahu. Apa
a mengalir di pipinya. Untuk pertama
. Kata-kata Alexander terus menghant
r perjodohan. Bagaimana ia bisa menjalani hari-hari bersama seor
ang ia benci akui: semakin lama ia bersama Alexander, sema
antara benci, ma
kedua tangannya. "Apa yang s
engan rokok yang hampir habis di jarinya. Ia tidak masuk, tidak
yangan malam itu penuh dengan luka, penyesala
yalah sebagian kecil dari keb