icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Terjebak dalam Godaan Ipar

Bab 3 Malam terasa panjang

Jumlah Kata:1817    |    Dirilis Pada: 30/09/2025

amkan mata. Setiap kali ia mencoba tidur, bayangan wajah Damian kembali men

a hilang begitu saja. Namun hati kecilnya justru semakin gaduh. Ia tak bisa menyangkal l

Apa yang sudah aku lakukan? Aku ak

pan sambil menyenandungkan lagu pelan, seolah dunia baik-baik saja. Damian duduk me

ka melihat Damian. Mereka hanya sempat bertukar tatapan sekilas sebel

gkin ke restoran Italia favoritmu," kata Clarissa sambil tersen

h yang baru diteguknya. "

i. "Aku, kamu, dan Damian.

pura membaca koran. Ia menelan ludah. "Bu

rlahan. "Aku ikut saja. Ka

ide itu. Bagaimana mungkin ia bisa duduk satu meja deng

tapi pikirannya dipenuhi bayangan makan malam itu. Seolah tak cuk

Aku akan jaga agar t

membalas, tapi ia memilih menghapus pesan itu tanpa menanggapi. Ia ta

uk ke restoran Italia mewah di pusat kota. Lampu gantung kristal ber

ian tetap memukau dengan setelan gelapnya. Selina sendiri memilih gaun put

danya, membuatnya sulit bernapas. Ia mencoba menghindar, berpura-pura

pesan apa?" tany

asagna saja," ja

n menggema di telinga Selina. "Aku pesan ha

erasa panas. Clarissa tertawa kecil. "Wah, cocok sekali

au di hati Selina. Kalau Kakak ta

, sementara Damian sesekali menanggapi. Selina lebih banyak diam, berusaha terlihat tenang, padah

a pamit ke toilet sebentar. Begitu ia

ya sedikit. "Kamu terlihat

gan bicara seperti it

Aku tidak peduli kalau aku terdengar salah. Aku

ba menahan air mata. "Damian, tolong. J

, penuh tekad. "Dan kamu... membuatku merasa hid

annya, detik itu juga Clariss

an panjang sekali

pernah ada yang terjadi. Sementara Selina sibuk

ana liburan, sementara Selina di kursi belakang hanya menatap keluar jendela. Damian menyetir deng

angsung masuk kamar, meninggalka

jadi men

angga, tapi Damian menahan per

" bisiknya, su

pnya tajam. "Katakan padaku kalau kamu tidak me

air mata mulai mengalir.

nya sejengkal dari wajah Sel

kehilangan kekuatan. Ia tahu mal

k Damian, setiap tatapan, semakin mengikat dirinya. Ia berusa

mendapat panggilan mendadak dari kantor dan

a Clarissa sambil merapikan koper. "Ja

atap Damian yang berdiri tak

endadak berubah. Sunyi, mencekam, seak

i diri di kamar, tapi

bicara. Kita tidak b

am itu akan menjadi titik balik. A

tamu, menunggu. Selina masih di balik pin

ika aku membuka pintu itu

tapi perlahan ia

dan tatapan Damian lan

erjadi malam itu akan meng

u keras di telinga Selina. Ia duduk di tepi ranjang, wajahnya pucat, tangan dingin. Pikiran dan hatinya terus

at sosok itu hadir. Tatapan matanya, suaranya yang berat, sent

r ketukan di pintu

balik pintu. Dalam, rendah, dan mema

ngannya. "Damian, tolong... jangan la

i, kali ini lebih lirih. "Aku tida

uju pintu. Setiap langkah terasa seperti membawa dirinya semakin d

tegapnya disinari cahaya lampu koridor. Tatapannya da

hindar. "Damian... aku mohon,

tu di belakangnya. Ruangan seketika

anya dengan suara bergetar menahan emosi. "Semakin

entuh dinding. "Kamu suami kakakku," bi

g Damian cepat. Ia mendekat, jarak mereka hanya tinggal sejengka

pi Selina. "Aku benci ini.

na dengan lembut. "Kalau memang kita benci ini,

r setiap sisa pertahanan yang ia punya. Hatinya b

h, bibirnya hampir menyentuh kening Selina.

g..." suara Se

ian. "Izinkan aku jujur,

gnya dengan lembut. Hanya sesaat, tapi cukup untuk membuat tubuh

us aku?" ta

h kepada siapa hatiku jatuh,"

dirinya. "Kalau kita teruskan ini... kita akan

panjang, wajahnya menegang. "Aku tidak ingin kehilangan

wajah yang penuh air mata. "Damian, aku tidak seku

kan aku yang menanggungnya. Aku yang salah. Aku yang lema

ang berkilat oleh air mata dan amarah. "Ya! Aku merasakannya! Aku b

as berat. "Aku tidak ingin kepuasan,

wajahnya tertunduk, bahunya terguncang oleh tangis. Damian duduk di l

," bisik Selina di sela t

g takdir kita adalah kehancuran, maka biarlah aku yang terba

-

ninggalkan gadis itu dalam lautan air mata. Namun, sesuatu telah berubah. Batas yang

-

menghindari Damian sepanjang pagi, memilih berdiam di

gi, kali ini hanya sebentar. Ia meninggalkan seca

a. Tapi aku akan selal

, tubuhnya gemetar. Ia tahu, perlahan-lahan, dirinya semak

-

h tapi bahagia menghiasi wajahnya. Ia lang

riang. "Semoga kalian baik

angguk pelan. Hanya mereka berdua yang tahu,

-

Selina keluar ke balkon kamarnya. Udara dingin

terbuka. Dan entah kenapa, seakan sudah disepakati tan

uara, tanpa gerakan. Hanya tatapan panjang, penuh pe

-erat, berusaha menahan air mata. Da

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka