icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Terjebak dalam Godaan Ipar

Terjebak dalam Godaan Ipar

Penulis: Ike Vianis
icon

Bab 1 mencoba menenangkan hati yang berdebar tak karuan

Jumlah Kata:2044    |    Dirilis Pada: 30/09/2025

n mencerminkan perasaan campur aduknya: rindu, bingung, dan, entah mengapa, sedikit takut. Ia meneguk kopi pahit di tangannya, mencoba

m lembutnya yang menenangkan, tersenyum sambil menatap Elara. "El, aku butuh kamu tinggal di rumah kami be

lis. "Beberapa min

pundak Elara. "Aku tidak punya pilihan lain. Aku tahu k

entah mengapa kali ini ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Ia mera

, dan aroma bunga segar yang menyebar ke setiap sudut. Namun, ketenangan itu justru mem

penuh wibawa-selalu berhasil membuat Elara merasa terguncang setiap kali mereka bertemu. Ia bukan tipe pria yang ramah tan

besar, memegang cangkir kopi hitam dengan ekspresi serius. Matanya yang taj

hangat namun berat, membuat

saha terdengar tenang. Ia tidak ingin menunjukkan bahwa

bali pada kopinya. Ada sesuatu dalam cara ia menatap Elara, sesua

minggu," katanya akhirnya. Suaranya rendah, hampir

"Aku... aku akan beru

ada penilaian, dan entah mengapa, ada rasa... sesuatu yang

masak, membersihkan, mengurus dokumen kecil, dan tentu saja menjaga Marisol yang sedang sibu

adang terlalu hangat untuk orang yang seharusnya "hanya" menjadi menantunya. Ada saat-saat di mana ia

ang membereskan ruang kerja M

ra sebentar?" tanya

Kaden," jawabnya, walaupun hati

terasa terlalu dekat. Kaden menatapnya, dan

yaris berbisik. "Tinggal di sini, membantu Marisol... aku tahu k

rdengar santai. "Tidak, tidak beg

ara mereka, bukan canggung, tapi... listrik. Sesuatu yang

sik. "Aku tahu kamu adik iparku, dan aku tidak boleh merasa

ng dirasakan Kaden-bahkan hanya diucapkan-sangat salah. Terlarang. Tapi entah mengapa, h

sentuhan ringan di lengan saat memberi buku atau kertas, membuat Elara merasa bersalah, sekaligus terg

tuk orang yang seharusnya "tidak boleh" diinginkan. Tatapannya, suaranya, bahkan cara ia tersenyum saat Elara berhasi

aden memanggil Elara ke ruang tamu. Lampu temaram, ar

katanya, m

nak. Ada ketegangan yang begitu pekat hi

etar tipis. "Tapi... aku juga tidak bisa menolak perasaanku ter

napasnya yang semakin cepat. "Pak Ka

r berbisik di telinganya. "Tapi kenyataannya, aku men

ak. Ada rasa takut, tapi juga rasa penasaran yang membuatnya ingi

pilihan-tetap menjaga jarak dan melindungi hati semua orang, atau membiarkan perasaan

ara itu, dan kata-kata yang membuatnya gemetar tetap berputar di kepalanya. Ia s

haya, penuh godaan, rahasia, dan konflik ba

bahkan setiap kata yang diucapkan terasa seolah ada pengawas tak terlihat yang menilai. Namun bukan Marisol yang

esar membuat ruangan terasa hangat, tetapi tidak mampu menghangatkan hatinya. Ia menarik nap

ja makan, membaca koran pagi, dengan ekspresi serius namun tenang. Ketika Elar

nya lembut tapi ada nada

ipis, mencoba terlihat santai. Namun hatinya tera

atu dalam tatapannya yang membuat Elara merasa seperti

a Kaden, suaranya rendah dan be

menunduk. Ia tidak ingin

saja. Ia menggeser cangkir kopi, mendekat sedikit, dan mena

lain," katanya pelan. "Tentang per

mang ada, dan semakin hari semakin sulit ia bendung. Namun, kata-kata itu sep

s berkata apa," bisiknya, s

u hanya ingin kamu tahu... aku tidak akan memaksamu. Aku... menghargai setiap batas yan

lui sangat berbahaya. Bahkan satu langkah kecil bisa menghancurkan segalanya-hubu

nawarkan bantuan kecil, menatapnya di saat yang salah, atau tersenyum di momen yang seharusnya netral. Ela

n rak buku di ruang kerja Maris

ara sebentar?" tanya

edikit kaget. "T

t suasana menjadi sepi dan intens. Ia mend

kan," katanya, suaranya hampir berbisik. "Tapi aku tidak bisa membohongi di

lari, tapi tubuhnya terasa membeku. Ada ketertarikan yang

bisiknya, suaranya nyaris

atanya menatap dalam ke matanya. "Aku tidak akan memaksa

tuh ke jurang yang berbahaya. Namun, pada saat yang sama, ada rasa penasaran yang mema

h perhatian, dan sama sekali tidak menyadari badai yang sedang berkecamuk di rumahnya. Ia sering memuji Elara, memintanya melakukan hal-hal ke

l. Beberapa kali, Marisol menatapnya dengan tatapan penuh pertan

isol suatu malam, saat mereka duduk di ru

antai. "Ya, aku baik-baik saja, Marisol. Ha

nnya masih tajam. "Kalau ada apa-

Namun, rasa bersalah perlahan muncul di hatinya. Setiap hari ia merasa semakin dekat dengan Ka

lara sedang menyiapkan teh di dapur ketika Kaden

a pelan. "Aku ingi

ungnya berdetak cep

k di bangku dekat meja. Suasana hening, hanya ter

nya, suaranya rendah, hampir berbisik. "Tapi aku... aku tidak bisa

berdebar, tetapi pikirannya berkata untuk lari, menj

boleh," bisiknya, suara

pi aku... tidak bisa menahan diri. Aku menghargai setiap batas yang kamu tetapkan

hu satu langkah kecil bisa menghancurkan semuany

kata yang keluar dari mulutnya, terus berputar di kepala. Ia tahu jalan yang merek

di hal yang mustahil. Godaan, rahasia, dan ketegangan batin yang teru

olak, semakin kuat godaan itu. Semakin ia mencoba menjaga hati s

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka