icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Derita Seorang Gadis Desa

Bab 4 Kenangan

Jumlah Kata:1991    |    Dirilis Pada: 28/09/2025

b, tubuhnya gemetar, dan pikirannya berkecamuk hebat. Setiap langkah terasa berat, seolah dunia runtuh di hadapannya. Ia tidak tahu har

jatuh," gumam Alya lirih, meski sua

itu, dadanya sesak, air matanya mengalir tanpa bisa ia hentikan. Tapi di balik rasa sakit itu, ada satu hal yang menahan Alya

nya dipenuhi ketakutan. Bagaimana ia harus menjelaskan semua ini? Apa yan

unya hanya ada beberapa lembar rupiah yang bahkan tidak cukup untuk membeli tiket pulang ke des

sekali menelepon nenek, tapi pulsa pun sudah habis

nya berantakan, wajahnya pucat, dan matanya bengkak akibat tangisan. Beberapa orang lewat menatapnya dengan ta

ini selamanya?" Alya bertany

an pakaian rapi, membawa tas kerja, dan menatap Alya dengan pandanga

sap air matanya yang masih menempel. "Ak

bisa membaca kepedihan yang ia sembunyikan.

jawabn

kamu se

nya tercekat, sulit baginya untuk

ya. "Namaku Sinta. Aku kerja di butik dekat sini.

seutas tali yang dilemparkan padanya saat ia hampir tenggelam. "Ak

mpatku kerja sedang butuh asisten. Kalau kam

dalam kegelapan hidupnya. "Benarkah, Kak? Aku...

uslah. Yuk, ikut aku sekara

ain interior modern. Deretan pakaian wanita terpajang rapi, d

Rani, menatap Alya dari ujung kepala sampai kaki.

bisa. Kasihan, Bu, dia lagi butuh

ja di sini? Pekerjaannya berat, harus angkat-angkat

p, "Saya mau, Bu. Saya bisa kerja

Mulai besok kamu kerja di sini. Tapi gajinya ti

gia. "Terima kasih, Bu! Saya jan

h, ia merasa punya arah lagi. Sinta yang membantunya sejak awal juga selalu m

tui. Ia sering menangis diam-diam, menutup mulutnya agar tidak terdengar o

i?" batin Alya. Ia ingin sekali bercerit

iri pesta-pesta malam, dan menikmati kehidupannya. Namun, di suatu sudut hatinya, wajah Alya sesekali muncul. Ada rasa ber

sendiri untuk mempert

besar dari sebuah perusahaan mode ternama. Pemilik buti

ng masuk. Alya menoleh, dan jantungnya langsung berdegup kencang. Sosok pria yang begi

r

g ia pegang. Wajahnya pucat pasi, tubuhn

rtama kalinya setelah peristiwa itu, mereka bertemu lag

ranya terde

ut baju yang terjatuh, lalu menunduk dal

ebih dekat. Senyum tipis yang sulit ditebak terukir

erusaha menahan air mata yang hampir jatuh. Hat

bak yang akan mempertemukannya kembali dengan luka, dendam, dan

nundukkan kepala serendah mungkin, pura-pura sibuk merapikan pakaian yan

datar, tapi mengandung tekanan yang memb

Alya bergetar. Ia mencoba bersikap profesi

darinya. Dengan tangan bersedekap, ia menatap Alya dari uj

luka yang ia simpan. Tapi ia sadar, ia berada di tempat kerja. Di depan Sinta d

ihat-lihat dulu, Pak," ucap Alya liri

a rupanya. Aku kira setelah kejadian it

ta. Hatinya perih, tapi ia tidak ingin terlihat le

khirnya menghampiri. "Alya, sini. Bantu aku di be

ke ruang penyimpanan. Begitu pintu tertut

undaknya. "Dia

ndung. "Aku nggak bisa cerita sekarang. Tolo

engangguk. "Tenang, aku akan

kuh. Saat Sinta kembali menghampirinya, ia ters

ha terlihat tegas. "Ya, benar.

"Bukan urusanmu. Tapi mena

pak mau belanja, silakan. Tapi kalau hanya ingin mengganggu

ni juga." Ia melirik lagi ke arah pintu belakang. "Baiklah, untuk sekara

ninggalkan butik, meninggalkan

ta kembali ke ruang penyimpanan. Alya masih d

sebenarnya?" tany

k sanggup cerita, Kak. Yang jelas... aku nggak mau bertemu dia

gin memaksa. "Baik. Kalau kamu belum siap cerita, nggak apa-apa. Tapi kamu harus h

sa sedikit lega. Setidaknya ada se

gnya. Kamar itu kecil, hanya cukup untuk satu ranjang tipis dan sebuah meja. Tapi bagi Alya, itu s

erduduk di ranjangnya. Tangis yang

an, aku sudah berusaha melupakan... ken

Luka itu kembali menganga, dan kali ini lebih menyakitkan k

di desa. "Kalau nenek tahu... apa nenek masih bis

itu terus

nnya. Gelas anggur berputar di tangannya, tapi pikirannya tidak sep

sa bersalah yang ia coba tekan, tapi ada juga rasa penasaran. Gadis itu masih

tadi diem aja," tegu

"Nggak apa-apa. Cuma l

temuan dengan Alya tadi telah me

u butik terbuka, ia selalu cemas kalau yang masuk adalah Arka. Setiap ma

n kekuatan baru. Alya mulai berpikir bahwa ia tidak

s bisa berdiri, apapun yang terjadi," ucapny

eri semangat. "Alya, kamu itu lebih kuat dari ya

ahan bakar bagi Alya

pintu kembali terbuka. Alya yang sedang menya

diri di

ekspresi angkuh berlebihan. Tatapanny

at-erat, wajahnya memucat. "Aku

aju. "Kamu punya

!" suara Alya meninggi, membuat

ranya. "Aku salah, Alya. Aku tahu. Tapi

enti. Untuk pertama kalinya, Arka mengu

ukan hanya kata maaf yang bisa mengh

rkan hidupku. Kamu pikir cukup dengan bilang '

ap dari jauh, tak tahu ha

ang. Ia tidak pernah melihat

ak untuk diam. Dan Arka... mulai merasakan bahwa l

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka