Derita Seorang Gadis Desa
/0/28252/coverbig.jpg?v=e0e7d916ded5e604432d804e52bafac7&imageMogr2/format/webp)
i yang baru saja ditarik pulang dari sawah. Di sebuah rumah panggung sederhana yang sudah mulai rapuh
terlalu keras sejak kecil. Wajahnya cantik, manis dengan mata bulat dan alis tegas, te
pulang dari pasar. Sejak saat itu, neneknyalah yang mengasuhnya. Sang nenek, yang kini sudah renta dan sering sakit-sakitan
s rumah, menenun, dan sesekali membantu tetangga. Namun Alya selalu punya keinginan besar: ingin keluar
lembar kertas lusuh-pengumuma
s itu lagi?" suara serak nenek
ba ke kota? Di sini pekerjaan tidak ada, sedangkan nenek semakin sering sakit.
lantai papan. Wajahnya penuh keriput, tapi tatapan matanya lembut. Ia duduk di
seindah yang kau bayangkan. Banyak orang jahat di sana. Nenek tak
a bertahan? Uang untuk beli obat nenek saja sering tidak cukup. Alya ingin coba, Nek. Mungkin dengan bek
sudut matanya. Ia tahu cucunya benar, tapi hatinya tidak
lah dengan hati-hati, jangan mudah percaya pada orang. Dan j
at. "Alya janji, Nek. Al
, menyimpannya dalam tas usang peninggalan almarhum ibunya. Dengan bekal seadanya, ia berangkat m
ang perlahan berganti dengan bangunan-bangunan tin
n terbaik," guma
u lalang, sebagian menawarkan jasa angkut barang, sebagian lagi menjajakan dagangan. A
t. Tulisan itu menyebutkan bahwa ada seorang ibu bernama Ratna yang mencari asisten r
diri bertanya kepada
jalan ke perumahan Permat
ngangguk. "Tahu.
. Berapa o
ai ke dalam komplek, ya agak
erbatas, tapi ia sadar tidak a
gar tinggi, dan halaman luas. Jauh berbeda dengan rumah panggungnya di des
gan pagar besi hitam elegan. Ia melihat papan kecil di depan ger
it ragu, ia
jahnya teduh, berkerudung sederhana, namun berwib
u apa, Nak?"
aca pengumuman lowongan kerja Ibu, untuk asisten rumah
pis. "Masuklah dulu, Na
pet tebal, hiasan dinding yang mahal. Alya duduk k
usiamu
agi sembila
ng t
u. Sejak kecil tinggal dengan nenek. Beliau sudah tua
kerja di sini. Pekerjaannya tidak sulit. Kau akan membantu mengurus rumah, memasak, dan menyiap
kasih banyak, Bu. Saya janji
ku percaya kau akan mel
odern, membersihkan rumah besar, hingga melayani tamu. Meski lelah, ia selalu ingat wajah neneknya yang menunggu di
ik, layaknya anak sendiri. Alya merasa
giaan itu han
n rumah. Dari dalam keluar seorang pria muda tinggi tegap dengan wajah tampan namun tatapan
engan gembira. "Arka! Anakku
nikah putra sulung Ib
a kemudian jatuh pada Alya, yang berdiri kikuk sambil menunduk. Ad
" tanya Arka de
bu di rumah sejak beberapa bulan l
lam rumah tanpa banyak bicara. Namun tatapan te
tiba diliputi
kecil di kamar pelayan. Ia masih memikirkan tatapan Arka sore tad
perasaanku saja?
wa perubahan besar dalam hidupnya. Perubahan yang tidak perna