Derita Seorang Gadis Desa
rulang yang seharusnya menenangkan. Namun, bagi Alya, malam itu bukan malam yang tenang. Ia
, kata-kata samar yang dilontarkan, bahkan langkah kakinya yang berat di lorong-semuanya membu
ku terlalu takut. Mungkin dia hanya iseng. Aku tida
etika suara ketukan keras t
Tok
a kaku. Siapa yang meng
ya lirih denganya suara hujan yang ma
Tok
u kuduknya berdiri. Dengan hati-hati, ia bangkit dari ranjang dan beberat itu akhi
eku. Itu
dari pintu. "Ada apa, Mas?" tanyan
ngin b
sok, Mas. Sekar
dengar dari balik pintu. "Kau pikir aku ti
a tidak bisa melihat. "Maaf, Ma
ang pintu itu digoyang keras. Alya menjerit p
uara Arka meninggi, k
ubuhnya gemetar hebat.
lagi teriakan, tidak ada ketukan. Alya terdiam, menco
ras. Arka berdiri di ambang, wajahnya basah oleh sisa hujan ketika t
hnya mundur ke ranjang. "
tatapan dingin. "Kau pikir
n seperti ini..." Alya
is itu berusaha kabur ke sisi lain ranjang, namun Arka lebih cepat. Tangannya
olong!" teriak Alya, a
nafsu dan arogansi. "Diam! Jangan berte
ka. Namun tenaganya tak sebanding dengan lelaki dewasa
ekerja di sini, saya tidak pernah berniat macam-macam! S
kata-kata dingin di telinga Alya. "Kau terlalu ca
hebat. Ia berusaha meraih apa pun di sekitarn
s menyaksikan kehormatan Alya direnggut se
k karena semalaman menangis. Seluruh tubuhnya terasa sakit, tetapi hatinya jauh
ngkan diri, namun air mata terus mengali
masuk dengan wajah dingin. Alya spontsuara serak. "Jangan dek
ersenyum tipis. "Kau masih di
h menghancurkan hidup saya! Kenapa Mas
ntuk apa? Kau hanya seorang pembantu,
ras. "Saya manusia, Mas.
ur ke dinding. Namun kali ini, Arka hany
ang terjadi. Kalau sampai kau buka mulut, aku akan pastikan kau
t. Ia ingin melawan, ingin berteriak
lya sendirian lagi di kamar itu-deng
biasa, mencoba menutupi luka batinnya di depan Ibu Ratna. Wanita baik it
Lelaki itu bertingkah seolah tidak pernah terjadi apa-a
untuk mengadu. Satu-satunya orang yang ia pikirkan hanyalah neneknya di desa. Kalau aku
a dua pilihan yang s
ng menyiram tanaman di halam
pucat. Apa kau saki
leng. "Tidak, Bu. Say
a apa-apa, jangan sungkan cerita ke Ibu, ya
r, mengatakan apa yang sudah Arka lakukan. Tapi ketakuta
. Terima
Hatinya penuh dengan luka, marah, takut, dan putus asa.
ndiri. "Kalau tidak untuk diriku, setida
uh. Kehormatannya telah direnggut, masa depannya terasa suram, dan l
enderitaan ini b