Perawan Satu Milyar
erasa seolah dirinya telah dikubur hidup-hidup. Gelap melingkupi dari segala arah, hanya sedik
an tangannya akibat seretan kasar sebelumnya. Nafasnya memburu, dan dalam ke
ng pri
nebarkan aura mengintimidasi. Bahunya lebar, tubuhnya padat, otot-ototnya tampak mengeras di balik kemeja hitam ketat yang diken
elakang Olivia-suara berat yang ia ken
n, tubuhnya didorong ke depan dengan kasar. Olivia terhuyung, hampir jatuh, tapi sebelum lututnya m
...," suara Olivia peca
an Olivia, melipatnya ke belakang, lalu mengikat dengan tali kasar. Gesekan tali mannya hanyalah debu di hadapan genggaman yang sekeras baja itu. Ikatan sema
idak peduli jika wajahnya basah. Hanya ada ketakutan ya
ak ada bel
hnya. Pria tegap itu menutup mata Olivia dengan pen
el
da cahaya. Tak ada arah. Hanya napasnya sendiri yang terenga
langkah kaki berkeliling, suara derit besi, bahkan hembusan angin yang menyusup le
eorang p
endah, dan penuh kuasa. "An
ke seluruh tubuh. Ia tak bisa melihat wajahnya, tapi cukup dengan suara itu saja, ia merasa s
ri hawa panas napasnya yang tiba-tiba terasa di dekat wajahnya. Bau khas-campuran
telinga Olivia, membuat kulit tengkuknya mereman
tercekik. Ia ingin mundur, tapi pria tegap di belakangnya masih mem
ra namun penuh racun. "Banyak gadis yang rela mati hanya untuk mendapatkan perhatian dari
lah isi perutnya ingin keluar begitu saja. Air matanya menga
iknya lirih. "Jang
itu. Tawa rendah, berat, penuh k
asa seluruh harapannya padam
BR
a menggema panjang, membelah keheningan yang menyesakkan. Cahaya dari
uman lain terdengar. Bukan sekad
, menghentak telinga.
. Ia tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Yang ia tahu, duni