Perawan Satu Milyar
jantungnya melompat tak terkendali. Ujung jemari Arga menekan kulitnya dengan lembut, tapi bukan kelem
ada bayangan, bukan pada Olivia. Senyum tipis itu kembali menghiasi bibirnya, lalu ia melepaskan dagu Oli
beradu dengan lantai semen yang dingin. Ia melirik sek
ernah tahu batas. Mereka pikir
itu saja sudah menusuk, karena seluruh hidupnya k
p pada Olivia. "Kau tahu, bukan?" tanya
tak ada kata keluar. Ia memang tahu, tapi mengu
" ujarnya, kali ini lebih pelan, namun tajam. "Ayah tirimu. Ibu tirimu. Orang-oran
rlalu benar, terlalu menyakitkan. Seolah Arga sedang menamparnya
h darinya. Wajahnya dekat, so
enjadi lebih dalam, "aku bukan pria tua men
epat. Ia tak tahu apa maksudnya, tapi firasatnya b
u keluar dari bibirnya dengan jelas, se
n untuk semalam. Tapi
, tenggorokannya kering. Ia menatap pria itu dengan mata
tu miliar rupiah," katanya datar. "Itu harga yang kubayar. Dan
jumlah yang tak akan pernah bisa ia bayangkan sebelumnya. Uang yang cukup untuk men
Ia menggeleng pelan, berusaha mengembalikan ken
n mengandung cemoohan. "Aku sudah melakukannya. Kontrak
atu besar menghimpitnya. "Aku bukan barang," b
an hangat napasnya di kulitnya. "Tidak," katanya pelan, hampir seperti bis
akut bercampur marah yang tak terlukiskan. Ia ingin melawan, ingin
an demi retakan yang terbentuk di dinding rapuh pertahanan Olivia. Kemu
in, tapi membakar. Menyusuri garis tipis kulit halus
egang. Ia merasa seperti seekor rusa kecil yang
atanya tak pernah lepas dari mata Olivia. S
kata keluar seperti vonis. Jemarinya menekan se
luru
air matanya jatuh, tak
lama