Perawan Satu Milyar
ng lembut, dan kendaraan hitam itu melaju perlahan meninggalkan gang kumuh tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. L
yu rumah reyot. Jemarinya meremas rok lusuh, matanya tak berani menatap lurus. Bayangan sosok pria tua di kursi belakang masih meneka
amun di dalam dirinya,
akdirku?" bisi
suatu hari hidup mereka akan lebih baik. Bahwa jika Olivia patuh, tekun, dan berusaha, ke
itu hanya
apnya dengan senyum palsu sambil berkata, "Kau adalah harapan keluarga ini, Liv
jikan itu kini berarti menjual kehormat
bercampur dengan getir di lidahnya. Ia tahu, menangis tak akan m
. Olivia merinding. Bayangan itu makin nyata di kepalanya. Ia membayangkan tangan
atan lampu jalan yang melintas. Ia ingin berlari keluar, tapi pinini? pikirnya putus asa. Seandainya Ibu
g menyisir rambutnya sambil bersenandung pelan. Wanita yang selalu berkata, "Olivia,
galir tanpa b
agai ayah tiri, membawa kebiasaan buruknya, lalu Ratna-yang seharus
a perlu melakukan ini sekali saja. Setelah itu, utang
ek
saja,
k pernah menepati janji. Janji-janji itu h
kegelapan pekat. Pohon-pohon besar menjulang di sisi jalan, bayangann
ya terlihat jalan panjang tanpa penghuni. Ja
kirnya. Lalu ia sadar, tak ada gun
anya suara mesin dan detak ja
makin ia mencoba tenang, semakin sesak rasanya. Bayang
keajaiban. Tapi keajaiban tak pe
ambat, seperti jarum jam yan
ap, hanya ada satu lampu jalan yang berkedip samar. Suara kerikil berde
erdetak kencang.
aku akan d
kecil. Sunyi yang mencekam kemba
n napas, tubuhnya menegang. Beberapa detik kemudian, pintu di sampin
putus asa, meronta sekuat tenaga.
ergema di antara kesunyian, dan di hadapannya berdiri sebuah bangunan tua-gudang besar deng
engan ngeri, tubukap bayangannya. Angin malam berhembus melalui celah-celah be
at, kakinya menyeret ta
." bisiknya lirih,
tu besi berderit saat didorong, s