Brave Heart
ik bahunya membuat Seruni sadar kalau ia tidak
itu,
." Setelah mengucapkan dua kalimat singkat itu, Xander me
a?" Seruni mengejar Xander. Menghadang langkah
hut Xander acuh seraya mengg
Mbak Mayang?" Seruni kembali mencoba menghadang langkah Xander.
Suara dingin Xander menyurutkan langkah Seruni. Ia hanya
ategis agar abang gojeknya lebih mudah menemukan keberadaannya. Sambil menunggu abang gojek, pikirannya melayang-layang. Sepertinya ia tidak cocok dengan kehidupan orang-orang di sini
Xander. Seruni membuka jaket. Menggantungkannya bersebelahan dengan jas mahal Antonio. Saat akan mengg
a-
nya otak n
um juga ia sempat mengucapkan ka
segala? Lo tau nggak, gue baru aja diinterogasi Pak Xander soal keha
kedua penjaga di depan club tidak memperbolehkan saya masuk. Terus Pak Xander muncul dan beliau lah
asalah saya tinggal sementara di mess pada atasannya. Kamu tidak usah kh
aik, yang lo anterin ke club tadi itu bukan kotak permen. Ta
Apa kata Nella tad
m! Apa yang sudah di
lias pemilik Astronomix club! Kenaifan lo bisa membuat kami semua diusir d
mpai tidak bisa berbic
h dua kali
dua kali? Lihatlah kenaifannya kali ini bukan hanya menjadi boomer
g juga saya akan pindah dari sin
pun di sini selain kami. Lagian mau lo pindah sekarang atau pun nggak, Pak Xander udah terlanjur
membuat Seruni sadar betapa seriusnya masal
keputusan Pak Xander besok pagi. Inget ya, Uni. Jangan membuat masalah buat
ap
at semua orang kalang kabut. Seruni melanjutkan mengganti celana jeans hitamnya dengan kulot batik. Merapikan kamar dan membereskan seluruh bagian rumah. Ia memerlukan pengalihan suasana hati. Makanya ia teru
an ke empat rekannya keluar dari mobil dengan sempoyongan. Jelas terlihat kalau mereka semua mabuk berat. Dan yang paling parah adalah Mayang. Ke empat rekannya yang lain masih sanggup berjalan ke
pah Mayang. Ia tidak tega melihat Mayang berjalan
s tangannya. Ia terus tertawa-tawa sendiri. Namun sorot matanya begitu kuyu. Tawa di bibi
ni Uni bantu," bujuk Seruni sabar. Ia tau, Mayang
khlas dan nggak jijik
ni memapah Mayang dengan susah payah. Selain kakinya tidak sempurna, perawakannya memang lebih kecil dibandingkan dengan Mayang y
erus mengulang kesalahan yang sama. Tapi mau bagaimana lagi, Uni. Mbak terpa
ak. Kotor dan bersihnya seseorang, bukan kita ya
goceh. Sebentar Mayang tertawa dan detik berikutnya ia menangis.
menyelimuti Mayang yang berul
Mbak sadar dan mau belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu, Mbak." Bisik Seruni lirih di sisi telinga Mayang. Seruni menguap lebar. Setelah semua kekhawatirannya terurai, barulah kantuk dan rasa lelah menghampirinya. Perlahan Seruni merebahkan tubuhnya di samping Mayang. Matanya terasa s
*
mbalikan jas. Seruni melirik jam dinding. Pukul tujuh kurang lima menit. Sepertinya waktunya cukup bila ia harus mengantarkan jas ini dulu pada
amat pagi,
kan bapa
s, buang n
ya antar saja ke..." Seruni kembali membaca kartu nama di tangann
Kantor Tuan tidak begitu ja
saya dikotori tah* ayam. Saya akan mengam
ti itu. Namun ia juga sadar kalau posisinya memang rentan disalahpahami. Satu-satunya cara adalah ia harus secepatnya pindah dari mess Astronomix Girls ini. Dan itu artinya uang lagi u
us lamunan Seruni. Mayang sudah bangun. Dan sepertinya efek mabuknya juga sudah hila
h pusing, tidur aja lagi. U
sudah punya satu jalan keluar seandainya Pak Xander tidak memperbolehkan kamu tinggal di sini. Kamu tidak usah khawatir," imbuh
unuh waktu. Mengelap meja hingga mengkilat. Menata lembaran menu di tiap-tiap meja. Hingga menyapu dan mengepel lantai sa
s di bagian kebersihan mendorong pintu dapur. Di belakangnya menyusul Rizal, Winny dan Resty yang masih rekan satu tim Anita dalam d
a, gue bukan boss yang bisa naikin gaji lo. Dan kedua, gue ini masih doyan laki. So perhatia
di datangnya kepagian. Nah, daripada saya menganggur, l
n huuu berjamaah oleh rekan-rekan satu divisinya. Sembari tertawa ceria mereka dengan cepat melanjut
sanan bagi para pengunjung, Seruni selalu melirik pintu masuk. Harap-harap cemas menunggu bom waktunya datang berkunjung. Tidak perlu menunggu lama, ora
teanya akan segera menyusul. Selamat menikmati, Bapak, Ibu." Seruni menyilangkan tangan di dada dengan sopan. Ia berusaha melayani pengunjung dengan sebaik mungkin. Setelahnya dengan la
a? Saya khawatir beliau akan mengamuk kalau saya kelamaan meng
alas dengan seulas senyum sabar oleh Seruni. Mau bagaimana lagi. Bagi orang kecil seperti dirinya, sabar telah menjadi nama tengahnya. Seruni melangkah menuju meja 16 secepat yang ia bisa. Sem
salah baru telah menunggunya di depan mata. Bagaimana ia tidak stress, seseorang yang duduk di samping