Suami Yang Menolak, Hati Yang Hancur
r jatuh membentuk tirai tipis di luar jendela, dan suara gemeri
apannya, dua piring makan sudah tersaji-satu untuknya, satu un
ja, ada rasa getir setiap kali waktu berla
a. Bukan Adrian. Keira muncul dengan piyama
" tanya Keira sambi
au makan bareng Papa kamu. Tapi
nya. "Papa selalu pulang malam. Dulu Mama jug
ak ingin menggali luka anak itu lebih dalam. "Ka
buka. Adrian masuk, basah kuyup. Jaket hitamnya men
jar Almira refleks. "
ti meja makan tanpa menoleh
ring yang ia siapka
ngkat itu menyisakan rasa ditolak
gkat pagi-pagi sekali, jarang sarapan di rumah, dan pulang larut malam. Bahkan di
kan, interaksi mereka tak pernah lebih dari sal
an punya alasan. Ada masa lalu yang me
kan camilan untuk Keira di dapur, ia men
," suara itu terdengar tegas. "Kau tak bisa
" balas Adrian, suaranya rendah namun sara
daknya hargai posis
akapan ini tanpa izin salah, tapi setiap kata yang keluar dari mu
udah cukup terluka sekali. Tidak akan ada pere
pkan dengan nada fi
tawaran pertukaran pelajar dari universitas luar negeri masih terbuk
danya, meski perlahan. Ia ingat senyum malu-malu Keira saat Almira mengaja
pa yang akan mengi
ama mereka di teras belakang. Entah karena lelah membantah atau karena tak
Tante Almira," pinta Keira
mengambilnya tanpa komentar. Ia menggi
anya Keir
ab Adrian
ar. Tapi bagi Almira, jawaban itu hanya menguat
han ajar baru. Saat ia berjalan menuju gerbang rumah, ia melihat Adrian di h
rab. Almira tak sengaja memperlambat langkahnya. Ada sesuatu d
a itu menatap Almira dari ujung kepala hingga kaki,
anis, tapi matanya mengan
da singkat sebelum ia berkata, "Ya." Satu ka
lalu pamit dengan tatapan yan
n berjalan melewati Almira tan
tadi. Ada sesuatu di sana-semacam kepastian bahwa hubunga
tanya, apakah keputusan untuk tetap tin
uk sendirian di taman belakang, menatap
nya Almira sambil d
ante kemarin?" tan
yum hambar. "
dak akan menikah lagi." Keira menunduk. "Mungk
menyakitkan, karena berasal dari mulut anak kecil
h awal, sesuatu yang jarang terjadi. Almira membe
an duduk di belakang meja, menatap
?" suara
u tidak ingin membuat hidupmu semak
enusuk. "Jangan mengasihani dirimu send
as Almira lirih. "Kita b
h, dan sesuatu yang lebih dalam-sebelum ia mengalihkan pandangan
an ludah, la
ang wanita lain-mantan istrinya-muncul di pikirannya. Suara tawa, janji manis, da